Saturday, March 26, 2016

China bantah Argumentasi Keruntuhan Ekonomi China

Baru-baru ini wadah pemikir The Economist Intelligence Unit (EIU) di bawah majalah Inggris The Economist dalam sebuah laporan surveinya mengemukakan sepuluh krisis yang mungkin menimbulkan pengaruh menjangkau jauh bagi dunia. Calon kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump dan kekuatan teroris ISIS termasuk dalam daftar tersebut. yang mengejutkan ialah, yang menempati urutan pertama di daftar itu adalah "keruntuhan ekonomi China".

Pada awal tahun 2016, bursa saham di seluruh dunia secara merata mengalami keguncangan terpengaruh prediksi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed), AS. Sebagai akibatnya, mata uang mancanegara, termasuk mata uang RMB berturut-turut mengalami devaluasi. Argumentasi tentang "keruntuhan ekonomi China" pun terus bermunculan di berbagai media utama. Setelah Biro Statistik Nasional China mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi 6,9 persen sepanjang tahun 2015, media Barat bahkan menyatakan bahwa ekonomi China akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.

Akan tetapi, media Barat selalu tidak berani menghadapi kenyataan bahwa justru tiga kekuatan ekonomi Barat yang memperlamban pertumbuhan ekonomi dunia, bukan China. Sebagai salah satu negara berkembang, China selalu berfungsi sebagai "lokomotif" pertumbuhan ekonomi dunia. Walaupun produk domestik bruto (PDB) China pada tahun 2015 hanya tercatat di bawah 7 persen, namun kontribusinya terhadap ekonomi dunia tetap menembus 25 persen.

Yang menjadi kontras adalah ekonomi Eropa dan AS. Sejak krisis moneter tahun 2008, ekonomi AS tidak pernah pulih ke titik puncaknya. Laju pertumbuhan PDB AS selalu berada di bawah 2 persen. Walaupun tingkat penganggurannya sedikit menurun, namun jumlah populasi kelas menengahnya malah menurun dan taraf hidup rakyatnya hampir tidak berubah dalam 20 tahun terakhir. Eropa sampai sekarang belum melepaskan diri dari bayangan gelap krisis hutang sehingga ekonomi di zona euro tetap dalam kondisi lesu. Seiring dengan masuknya pengungsi dalam jumlah besar, perkembangan ekonomi Eropa akan menghadapi tekanan yang lebih besar.

CRI

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.