Wednesday, March 30, 2016

Membangun Poros Maritim Indonesia

"Indonesia berada tepat ditengah-tengah proses perubahan strategis itu, baik secara geografis, geopolitik, maupun geo-ekonomi. Oleh karena itu kami menegaskan diri sebagai poros maritim dunia, sebagai kekuatan yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi sebagai poros maritim dunia membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun kerjasama regional dan internasional bagi kemakmuran rakyat," – Joko Widodo (Presiden RI)

Hal ini lah yang menjadi landasan dan pondasi kuat bagi mahasiswa Indonesia di kawasan Asia dan Oceania untuk menyelenggarakan Simposium Asiania 2016 di Hongkong 8-10 April 2016 mendatang. Adapun Tema yang diangkat adalah "Membangun Poros Maritim Indonesia".

"Harus kita sadari, lautlah yang mempersatukan nusantara Indonesia, sehingga wajar jika Jalesveva Jayamahe dikenal sebagai semboyan Angkatan Laut Indonesia," Ungkap Gregorius Rionugroho, Koordinator PPI Asiania yang mengumpamakan pentingnya menjaga sumber daya laut Indonesia menjadi lebih baik.

Sementara itu, sejumlah delegasi PPI Negara yang memberikan dukungan penuh dalam agenda Simposium PPI Asia Oseania adalah PPI Thailand (Permitha), PPI Malaysia, PPI Australia, PPI Korea, PPI Jepang, PPI Singapura, PPI Filipina, PPI Srilanka, PPI New Zealand, PPI Taiwan, PPI China, dan PPI India.

Indonesia tidak hanya daratan, tetapi juga lautan. Inilah yang menjadi simbol dari kalimat tanah air, sehingga kemaritiman yang berdaulat dalam wilayah dan pengelolaan sumber daya perlu diwujudkan.

Ungkapan tersebut disampaikan Bayu dan Candra, perwakilan dari Permitha dan PPI Jepang sebagai bentuk dukungan wujudnya Simposium PPI Asia Oseania dalam upaya kepedulian pelajar Indonesia terhadap persoalan kemaritiman Indonesia. Hal senada disampaikan PPI Korea, Taiwan, Hongkong dan Filipina, Indonesia perlu bersatu untuk dapat mengoptimalkan potensi laut yang ada sehingga menjadi armada niaga yang hebat. Sudah saatnya kemaritiman Indonesia bangkit dari tidurnya yang panjang.

Indonesia sebagai bangsa pelaut harus unggul dalam teknologi kelautan dan mampu mengelola seluruh potensi kelautan dan tentunya dengan sumberdaya manusia yang memadai, terutama armada militer untuk menjaga ketahanan wilayah laut Indonesia yang sangat luas.

"Simposium PPI Asia Oseania wujud dalam upaya kepedulian pelajar Indonesia terhadap kepulauan Indonesia yang luas. Bangsa yang kuat adalah yang jaya mengurus sumber daya lautnya. Karena laut jaya, Indonesia jaya," ungkap Reza dan Clara sebagai perwakilan pelajar Indonesia di India dan New Zealand.

Fafan, Perwakilan PPI Sri Lanka mengungkapkan fakta bahwa 70% atau 2/3 wilayah Indonesia adalah laut, menjadikan Indonesia sebagai negara maritim terbesar sedunia. Seharusnya ini adalah potensi besar untuk menjadikan laut sebagai sumber kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Akita PPI Malaysia mengumpamakan menghitung kekayaan laut Indonesia bagaikan menghitung jumlah bintang di langit, tak terbatas. Kekayaan dan keberagaman hayati bukan untuk diekploitasi tapi juga untuk terus dijaga dan dikelola ditangan yang tepat.

"Jangan jadikan luasnya laut Indonesia sebagai celah untuk dicurangi tetapi untuk memperkokoh ketahanan dan kekuatan Indonesia di setiap jengkalnya," jelas Akita.

Marcel PPI Singapura dan Mutia PPI Australia juga menjelaskan, meskipun negara Indonesia terpisah antara pulau-pulau, lautlah yang menyatukannya menjadi Negara Kesatuan. Majapahit di masa lalu juga berjaya dalam kekuatan kemaritimannya. Sudah sepantasnya bangsa Indonesia yang hidup di negara kepulauan menjadi ahli-ahli handal kelautan internasional.

"Masih banyak yang belum sadar akan potensi kelautan di negara kita. Wujudnya Simposium PPI Asia Oseania dengan tema Membangun Poros Maritim Indonesia adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kita bangkit dan menguatkan potensi maritim Indonesia kedepannya," ungkap Mutia.

Akhirnya, tuan rumah Simposium PPI Asia Oseania diwakili ketua PPI China Grace Fiona Alethea berharap Simposium PPI Asia Oseania dapat menjadi salah satu langkah yang akan melahirkan sebuah kontribusi besar untuk pembangunan maritim Indonesia menjadi lebih baik kedepannya. Sudah saatnya kemaritiman Indonesia bangkit dari tidurnya yang panjang.

Menurut Professor Ari Purbayanto, pakar maritim dari IPB yang nantinya menjadi panel pada April mendatang turut mendukung terlaksananya Kegiatan Simposium Asiania. Ia menyatakan setidaknya pelajar dan mahasiswa sudah tumbuh kesadaran dan semangatnya untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Prof Ari berharap agar rumusan hasil simposium april mendatang dapat disampaikan ke Presiden dan menteri terkait, untuk kemudian dijadikan acuan terhadap percepatan pembangunan poros maritim Indonesia kedepannya.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Asiania sendiri adalah bagian dari kawasan PPI Dunia yang terdiri dari 14 negara di kawasan Asia dan Oseania yang beranggotakan sebanyak 49.292 orang pelajar Indonesia dengan berbagai latar belakang ilmu yang berbeda. Pada Periode kepengurusan 2015/2016, Gregorius Rionugroho Harvianto, pelajar PhD dari Yeungnam University Korea ditunjuk sebagai koordinator kawasan Asiania dalam Simposium PPI Dunia di Singapura Agustus 2015 lalu


CRI

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.