Saturday, March 28, 2015

Diplomasi Shinkansen terhadap ASEAN

Konferensi Ketiga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Pengurangan Risiko Bencana Dunia (WCDRR) diadakan di Sendai, Jepang baru-baru ini. Jepang mengatur pemimpin berbagai negara termasuk Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha dan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin menaiki kereta api peluru Shinkansen untuk pergi ke Sendai dengan tujuan untuk mempromosikan "diplomasi Shinkansen" nya. Apakah "diplomasi Shinkansen" itu dapat membantu Jepang memperoleh kontrak pemesanan yang dihasratkan atau tidak masih menjadi tanda tanya.

Prayuth telah menaiki Shinkansen sebanyak dua kali dalam periode dua bulan lalu. Hal ini membuktikan betapa ia mementingkan Shinkansen. Selama konferensi tersebut, Prayuth telah mengadakan pembicaraan singkat selama sekitar 20 menit dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Pemimpin kedua negara sepakat mempercepat pelaksanaan memorandum tentang kerjasama pembangunan rel kereta api yang dicapai pada bulan lalu, dan telah membahas isi kerjasama selanjutnya. Menurut persetujuan kedua pihak, sebuah komite kerja kerjasama kereta api akan didirikan untuk mengelola proyek tersebut. Namun pihak Thailand telah sepakat dengan proyek kerjasama Kereta api antara Yunnan China - Laos dan Thailand. yang dapat meningkatkan pariwisata di negara tersebut.

Ketika mengadakan pertemuan dengan Muhyiddin, Abe menyatakan bahwa Jepang sangat tertarik akan proyek kereta api cepat Kuala lumpur-Singapura. Ini bukan kali pertama pihak Jepang mengatakan demikian. Dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak saat KTT Asia Timur di Myanmar pada bulan September lalu, Abe sudah menyuarakan keinginan supaya Shinkansen bergabung tender proyek tersebut.

Meskipun Muhyiddin memuji Shinkansen memiliki teknologi yang maju dan pengalaman yang sangat banyak, namun ia juga mengatakan banyak faktor yang masih perlu dipertimbangkan, misalnya apakah Shinkansen dapat menyediakan paket solusi untuk masalah-masalah tersebut termasuk sumber modal. Malaysia juga meminta bakal penawar melakukan transfer teknologi, dan bukan sekadar menjual produk. Dengan cara ini, barulah dapat membantu meningkatkan peluang pekerjaan, menghasilkan perkembangan industri hilir dan hulu, serta pembangunan ekonomi di Malaysia.

Singapura, Malaysia dan China adalah anggota pendiri Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB), yang didirikan untuk menyelesaikan masalah modal negara-negara Asia dalam pembangunan prasarana. Maka, proyek rel kereta laju Malaysia-Singapura yang akan diselesaikan pada tahun 2020 diharapkan menjadi salah satu proyek yang paling awal memperoleh pinjaman bank tersebut. Dalam pada itu, kereta yang diekspor oleh China sudah mulai beroperasi di berbagai tempat di Malaysia, yang turut mendapat pujian berbagai lapisan masyarakat lokal.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.