Kebanyakan etnis Tuzi tinggal di daerah yang berdekatan dengan pegunungan dan dipinggir air . Gunung - gunung yang terletak di depan dan dibelakang desa itu dinamakan sebagai gunung dewa . Pohon besar yang ditanam di atas lereng gunung itu adalah pohon dewa yang tidak dapat ditebang sembarangan . Etnis Tuzi menganut agama Lama . Jadi, Kuil mereka terletak di tempat yang paling tinggi di desa; temboknya berwarna merah, gentingnya berwarna biru terbuat dari batu - bata dan dikelilingi oleh pohon - pohon . tempat ini digunakan untuk menyembah dewa dan juga digunakan untuk mengadakan kegiatan pemujaan keagamaan yang disertai oleh semua etnis Tuzi desa itu .
Etnis Tuzi sangat senang menerima tamu . Mereka kuat berpegang pada adat - istiadat . Tamu dianggap bisa membawa kebahagiaan . Saat tamu masuk ke rumah , semua anggota keluarga akan mengadakan upacara perayaan yang sederhana, termasuk memberi ucapan selamat datang dengan mengangkat gelas minuman dan menyumbangkan Hada .
Upacara perayaan itu berlangsung dalam suasana riang gembira yang disertai nyanyian dan tarian . Saat tamu hendak balik, semua anggota kelurga akan memberi ucapan selamat jalan dengan mengangkat gelas minuman alkohol dan berdoa semoga tamu itu selamat dan aman sentosa .
Upacara pernikahan etnis Tuzi berlangsung dalam suasana meriah . Upacara pernikahan akan dipimpin oleh Nashijin, kemudian mereka datang ke rumah pengatin perempuan untuk menyambut pengantin perempuan . Para gadis dari pihak pengantin perempuan sekampung menunggu di depan pintu rumah dan menyambut kedatangan rombongan pengatin pria serta menerima pengiriman yang berupa barang - barang dengan riang gembira . Mereka sambil menyanyi dan menari sambil mundur ke belakang , akhirnya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumah, . Anggota rombongan pengantin pria digadang di luar pintu rumah . Para gadis yang bersembunyi di balik pintu rumah mulai menyanyi lagu tanya - jawab yang digemari oleh penduduk etnis Tuzi; Setelah berhasil menjawab, rombongan pengantin pria baru diizinkan masuk ke dalam rumah tersebut . Ketika itu, para gadis yang bersembunyi di belakangan pintu rumah tersebut akan menyiramkan air dingin kearah Nashijin, Ketua rombongan pengatin pria .
Saat rombongan pengantin pria diizinkan makan dan minum teh, para gadis dari pihak pengantin perempuan berkumpul di sebelah jendela rumah untuk menggemukakan pertanyaan kepada anggota rombongan pengantin pria sambil menyanyi lagu yang penuh sindiran dan ironis . Anggota rombongan pengantin pria selalu merasa marah karena sulit menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diajukan, akan tetapi, mereka harus mengendalikan diri dan bersabar . Para gadis menjerit terhadap jawaban anggota rombongan itu untuk mengutarakan keagungan pihak pengantin perempuan . Pada waktu subuh, pengantin perempuan akan berkuda memakai pakaian baru diikuti oleh rombongan pengantin pria sambil menyanyi dan menari . Pengantin perempuan digiring masuk ke dalam rumah pengantin pria oleh sanak saudara pengatin perempuan . Sebelum masuk pintu rumah pengantin pria, sana saudara pengantin perempuan akan mengangkat gelas minum arak dan menyumbangkan Hada sembil menyanyi dan menari . Pengantin pria dan pengantin perempuan bersama - sama berjalan di atas selimut wool yang berwarna putih dan merah ditempatkan di atas lantai untuk mengadakan ucapara pernikahan dipekarangan . Ini adalah upacara pernikahan etnis Tuzi .
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.