Tuesday, April 30, 2013

Pernikahan adat Yogya di tampilkan di Beijing

KBRI Beijing bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan kembali menyelenggarakan acara 'Indonesian Cultural Heritage Exhibition 2013', yang digelar di Hotel Legendale, Beijing. Lebih dari 200 tamu yang terdiri atas Duta Besar perempuan, para isteri Duta Besar asing, anggota ASEAN Ladies' Circle, serta kalangan media hadir dalam acara tersebut.

Dalam sambutan singkatnya, Ibu Sri Nuraeni Cotan, isteri Duta Besar RI untuk RRT selaku tuan rumah, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam, termasuk tata upacara adat pernikahan. Pernikahan adat Jawa yang ditampilkan kali ini hanyalah salah satu dari tata upacara adat pernikahan yang dimiliki oleh Indonesia. Untuk memandu prosesi pernikahan, KBRI Beijing mengundang pakar pernikahan adat Jawa yang sangat terkenal, yaitu Ibu Tienuk Riefki beserta timnya yang sengaja didatangkan dari Yogyakarta.

Prosesi pernikahan dimulai dengan acara siraman pengantin puteri. Siraman diawali dengan sungkeman sebagai permohonan izin dan wujud bakti anak terhadap orang tua, serta restu orang tua terhadap anak sebelum memasuki masa pernikahan. Orang tua pengantin puteri mencampurkan air yang berasal dari 7 sumur sebagai simbol kesejahteraan. Acara siraman pengantin dimulai dari orang tua pengantin diikuti oleh para tamu kehormatan, yang diawali oleh Ibu Sri Nuraeni Cotan serta diikuti oleh Duta Besar Kamboja, Mme. Khek Caimealy Sysoda, dan isteri Duta Besar Finlandia, Mme. Brigitta Backstrom. Upacara siraman diakhiri dengan pemotongan rambut pengantin dan pemecahan kendi sebagai simbol pecahnya pamor pengantin puteri.

Prosesi kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih adat keraton Yogyakarta. Kostum yang dikenakan peraga juga menampilkan kemegahan busana adat keraton Yogyakarta. Para peraga yang bergerak dengan khidmad menuju pelaminan mampu menumbuhkan suasana sakral yang membuat para hadirin terpukau.

Prosesi diawali dengan penyerahan hantaran pisang sanggan dan kembar mayang dari pihak pengantin putera yang diterima oleh kerabat pengantin puteri. Pengantin dipandu menuju pelaminan, kemudian saling melempar sirih. Pengantin puteri mencuci kaki pengantin putera sebagai simbol penghormatan isteri terhadap suami. Kerabat pengantin puteri memecah telur sebagai simbol do'a dan harapan bagi kebahagiaan kedua mempelai. Prosesi dilanjutkan dengan pondhongan, atau menjunjung pengantin puteri yang dilakukan oleh pengantin putera dan kerabat pengantin puteri, tompo koyo dan dahar walimah sebagai simbol tanggung jawab seorang suami dan diakhiri dengan sungkeman terhadap kedua orang tua.

Selain pagelaran upacara pernikahan adat, dalam acara tersebut juga ditampilkan tari Sekar Pudyastuti dari Yogyakarta, tari Terunajaya dari Bali yang dibawakan oleh Ibu Anti Wisnu, isteri Wakil Kepala Perwakilan, dan salsa yang dibawakan oleh Ibu-ibu anggota Dharma Wanita KBRI Beijing. Para tamu terlihat pula antusias turut menari, meramaikan suasana.

KBRI Beijing

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.