Monday, February 11, 2013

Tato wajah gaya etnik Drung di China

Gunung-gunung menyebabkan etnis Drung pernah berada dalam kondisi terpisah dari peradaban sehingga etnis itu membentuk peradaban mereka sendiri yang unik. Namun, hasil kemajuan sistem transportasi, etnis yang pernah terasing dari dunia luar selama berabad-abad itu, secara bertahap muncul ke dunia luar.

Etnis Drung merupakan etnis minoritas yang kurang dikenal. Jumlah penduduk etnis ini lima ribu orang saja. Kebanyakan mereka hidup di daerah Lembah Sungai Drung yang amat terpencil. Kawasan tersebut terletak di Kabupaten Otonom Etnis Drung dan Nu Gongshan Provinsi Yunnan, seribu kilometer dari kota Kunming. Kawasan tersebut berhadapan dengan gunung Gaoligong di bagian timur, berbatasan dengan Tibet di bagian utara, dan berhadapan dengan gunung Dandanglika yang berbatasan dengan Myanmar. Pegunungan ersebut tertutup salju selama setengah tahun setiap tahun, dan terasing sepenuhnya dari dunia luar.

Wanita bertato di muka merupakan keistimewaan etnis Drung yang unik, dan biasanya anak gadis akan dicacah tato wajahnya. Maka, etnis Drung ini mendapat gelar "etnis bertato di muka (Xiumian)". Setelah berdirinya Republik Rakyat China, adat mencacah tato di wajah perempuan ini secara bertahap dihentikan. Kini, ada 38 orang wanita Xiumian saja di China.

Proses mencacah tato di muka sangat dahsyat, dan rasa sakit akan berlangsung selama tiga hari atau lebih. Tetapi, yang menjadi paradoks adalah mengapa orang wanita Drung mau mencacah tato yang tidak akan hilang seumur hidup di muka mereka? Yang lebih mengherankan, pertanyaan tersebut tidak terjawab sampai sekarang. Maka, ada banyak teka-teki tentang alasan pencacahan tato di muka. Ada yang mengatakan untuk cantik, ada yang menganggap untuk membimbing jiwa sendiri setelah kematian. Bahkan ada yang mengatakan untuk menghindari diri menjadi hamba orang lain. Ada pula yang menganggap perbuatan ini untuk membedakan antara pria dan wanita, dan termasuk ada yang mengatakan untuk membawa barang-barang milik mereka saat hidup ketika mati kelak, dan ada pula yang mengatakan untuk menghindari para penjahat pada jaman dahulu yang ingin menculik para kaum wanita etnik Drung.

Tato di muka 38 orang wanita tersebut bercorak kupu-kupu, tetapi setiap pola memiliki perbedaan. Mereka yakin, setelah kematian, mereka akan menjadi kupu-kupu untuk membimbing jiwa mereka. Cerita yang indah seperti itu membawa warna yang romantis ke tato di muka wanita tersebut.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.