Saturday, November 12, 2011

Wisata sejarah ke Anhui





Kelabunya kabut tebal dan dinginnya rintik hujan menyambut kami saat mendarat di bandara Hefei yang terbilang cukup sederhana. Pesawat kami berputar-putar cukup lama di udara sebelum mendarat, susah menembus kelabu pekat yang merata di seluruh penjuru. Di bulan November ini, hujan adalah keseharian. Jalanan begitu lengang, kami memasuki kawasan distrik baru pemerintahan yang disiapkan untuk menjadikan ibukota Provinsi Anhui ini menjadi kota berstandar internasional.

Pemandu lokal dengan penuh bangga mengisahkan betapa penting arti kota Hefei dalam sejarah Tiongkok. Jaksa Bao, hakim legendaris yang terkenal karena keadilannya, adalah putra kebanggaan kota Hefei. Kisah legendaris Tiga Kerajaan alias Sam Kok, juga punya kaitan erat dengan kota ini, ia berkata. Sang filsuf Laotzu, ahli pengobatan Hua Tuo, seniman Hu Shi, sampai presiden Tiongkok sekarang Hu Jintao, semua adalah bagian dari kebanggaan provinsi ini. Dan jangan lupa, gunung megah Huangshan yang sudah menjadi trademark utama di sini, yang karena keindahannya sejak ribuan tahun lalu dikenal di Tiongkok dengan pameo: siapa pun yang pergi ke Huangshan tidak perlu melihat gunung lain mana pun.

Di tengah lengangnya jalanan Hefei, terlihat sesuatu yang pasti: perubahan. Di mana-mana di sudut kota yang sedang menggeliat ini, alat derek konstruksi terlihat sibuk membangun barisan gedung yang sebentar lagi akan mencakar langit. Megaproyek dengan arsitektur futuristik berderet di sepanjang jalan. Auditorium, teater, stadium, hotel berbintang lima, ..., dan segera mereka akan memiliki bandara internasional modern berkelas dunia---yang kata seorang warga setempat akan berukuran hampir menyamai Bandara Internasional Beijing.

Hefei sedang berbenah. Modernisasi berlangsung begitu cepat, berpadu dengan kebanggaan masa lalu. Di zaman globalisasi ini, kebanggaan masa lalu dan keindahan alam menjadi bagian dari mesin penggerak ekonomi, dilabeli sebagai: "produk" dan "sumber daya" pariwisata. Perubahan yang dipicu suatu dobrakan yang menjadi kata kunci di Tiongkok sekarang: industri pariwisata---industri yang merambah bukan hanya kota Hefei, tetapi juga seluruh provinsi Anhui, bahkan juga di seluruh negeri.

Dinas Pariwisata Anhui memaparkan betapa kayanya provinsi mereka akan pemandangan alam yang luar biasa: gunung-gunung suci, sungai, danau. Tidak hanya itu, setiap pelancong juga akan disuguhi khazanah budaya dan kekayaan sejarah: seniman kuno, filsuf, hakim dari zaman Dinasti Song, ahli perang, ilmuwan, sampai Presiden. "Produk pariwisata Anhui," kata pejabat Dinas Pariwisata, juga termasuk kuil-kuil suci agama Buddha dan desa-desa kuno yang terpelihara secara utuh dan terdaftar dalam warisan budaya UNESCO.

"Anhui akan menjadi destinasi pariwisata penting dan lokasi emas untuk investasi turisme," tandas pejabat daerah itu. Untuk itu, kontrak investasi sektor pariwisata senilai US$ 10 miliar ditandatangani hari ini. Sepuluh miliar dolar! Sungguh bukan main!

Kami berada di Anhui, diundang oleh pemerintah provinsi, untuk melihat secara langsung pembangunan industri pariwisata di sini. Bukan hanya dari destinasi ikonik macam Huangshan, tetapi juga dari destinasi lain yang mungkin masih cukup awam bagi orang luar.

Salah satu perhatian utama dalam pengembangan industri pariwisata adalah pembangunan infrastruktur, yang tidak hanya menambah kenyamanan para pelancong tetapi juga menggerakkan pembangunan perekonomian daerah setempat. Anhui menjanjikan pembangunan lebih banyak jalan, jembatan, bandara, dan hotel. Setidaknya, sejumlah jembatan raksasa sudah dibangun di provinsi ini, menjadi penghubung dua sisi sungai Yangtze yang saking lebarnya sampai seperti lautan. Salah satunya adalah jembatan yang menghubungkan kota Wuhu, kota terbesar kedua di Provinsi Anhui.

Kala langit putih kelabu menangkupi seluruh angkasa, kami justru merasakan kehangatan ketika memasuki kota ini. Bangunan-bangunan di sini tidak tinggi, jalanannya pun tidak selebar ibukota provinsi, Hefei. Dinding putih sepanjang jalan dihiasi grafiti yang begitu bersahabat: deretan tokoh kartun dan animasi mulai dari Doraemon, Garfield, Hello Kitty, sampai kartun domba asli made in China Xi Yangyang. Dalam hati saya bertanya, mengapa tempat yang sedingin dan sekelabu ini punya nuansa budaya yang begitu kental, mencetak begitu banyak filsuf dan seniman, mulai dari zaman baheula hingga era modern ini?

Pertanyaan ini semakin membuncah ketika kami diundang pemerintah setempat untuk mengunjungi Museum Lukisan Besi. Lukisan Besi? Ya, tidak salah. Lukisan dari besi. Anda tentu sudah pernah menyaksikan lukisan mopit tradisional Tiongkok, yang mengutamakan goresan kuas untuk menghasilkan karya yang minimalis, simpel, namun berkarakter. Sekarang bayangkan jika goresan kuas itu digantikan oleh potongan kawat-kawat besi. Sang seniman bukan lagi bermain dengan kuas, tetapi dengan palu, tang, patri, dan pijaran api. Namun hasilnya adalah keindahan yang sama---atau bahkan lebih mengagumkan---sederhana namun elegan. Kawat besi hitam yang meliuk-liuk di atas kanvas putih kini menjadi lukisan pohon bambu semi tiga dimensi yang bahkan bisa bergerak mengangguk-angguk seperti diterpa angin, atau gambaran perempuan kuno dalam ekspresinya yang misterius, atau guratan kaligrafi yang menggambarkan karakter seorang Guo Moruo.


Di zaman sekarang, orang berbicara soal kemajuan budaya yang berhubungan erat dengan kemajuan ekonomi. Kenyataannya, sejak zaman dulu, Anhui sudah menjadi pusat perdagangan yang cukup maju. Sebuah museum lain menggambarkan kehidupan serikat dagang para saudagar kuno dari zaman dinasti-dinasti. Para saudagar itu sudah membangun rumah-rumah besar yang keindahannya berkutat pada detail: ukiran kusen pintu, ukiran kasur, ukiran altar sembahyang, jendela, sampai lubang cahaya di atap rumah. Keindahan detail itulah yang menjadi kekuatan dari simplisitas dan kesederhanaan bangunan. Beberapa diorama juga menggambarkan kehidupan mereka: pedagang sutra, pedagang kain, tabib penjual obat, pengrajin besi, tukang sepatu, pedagang lukisan, ....

Zaman sudah berlalu. Nenek moyang mereka membangun peradaban dari perdagangan, sementara berselang puluhan abad, penduduk Anhui zaman sekarang menyajikan barang dagangan baru khas era global: pariwisata---produk modern yang masih juga melibatkan para nenek moyang dalam bentuk yang berbeda. Khazanah sejarah dan kebanggaan masa lalu itu dipaparkan dan ditawarkan, dipadukan dengan keindahan alam dan fasilitas modern yang masih maupun segera dibangun, untuk memikat kedatangan para pelancong.

Di akhir tahun 2015, Anhui menantikan kedatangan 5 juta turis asing dan 400 juta turis domestik.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.