Saturday, January 3, 2015

Jokowi ingin Militer RI terkuat dikawasan ini

Presiden Joko "Jokowi" Widodo menetapkan target untuk meningkatkan kapasitas Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan industri pertahanan tidak hanya untuk memenuhi target Minimum Esensial Force (MEF) , tetapi juga untuk mengubahnya menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di wilayah tersebut.

Dalam upaya untuk meningkatkan sistem senjata TNI, pemerintah sebelumnya menerapkan rencana untuk mewujudkan cetak biru  MEF untuk mencapai industri pertahanan yang independen pada tahun 2024.

Berbicara dalam pertemuan dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)di Istana Presiden, Jokowi menunjukkan empat prioritas utama kebijakan pertahanan negara, termasuk upaya untuk mengembangkan militer untuk menjadi kekuatan yang disegani, untuk mencapai swasembada dalam peralatan pertahanan, untuk memenuhi kebutuhan pertahanan negara dan membuat kebijakan pertahanan merupakan bagian dari pendekatan komprehensif untuk keamanan.

Presiden mengatakan bahwa negara seharusnya tidak lagi tergantung pada alutsista impor dan bahwa upaya-upaya (seperti reformasi birokrasi) harus diambil untuk mempercepat alih teknologi militer di perusahaan pertahanan milik negara.

"[reformasi] mencakup langkah-langkah yang berkaitan dengan daya saing dan produktivitas untuk dapat bermitra dengan pemain industri pertahanan global Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat," kata Jokowi.

Sistem senjata usang telah menghambat kemampuan TNI untuk menjaga wilayah perairan Indonesia dari maraknya illegal fishing.

Kementerian Pertahanan baru-baru ini telah berjanji untuk memacu pengembangan dan produksi senjata angkatan laut oleh perusahaan pertahanan nasional dalam rangka membantu melaksanakan visi maritim Presiden Jokowi itu. Kementerian itu juga bertujuan untuk mempromosikan kerjasama antara perusahaan pertahanan lokal dan luar negeri untuk memberikan kemampuan bari perusahaan pertahanan lokal pengetahuan dan pengalaman penting yang akhirnya akan membantu mereka secara independen menghasilkan state-of-the-art persenjataan untuk TNI.

Pada Desember 2011, Kemhan RI dan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Korea Selatan menandatangani US $ 1,1 miliar kontrak untuk memproduksi tiga kapal selam diesel-listrik. Insinyur PT PAL akan diberikan kesempatan untuk melihat dari dekat pembangunan dua kapal selam pertama di pabrik DSME di Korea Selatan sebelum mereka membangun yang terakhir di pabrik PT PAL di Surabaya.

Dalam pertemuan itu, Jokowi juga ingin perusahaan pertahanan untuk mulai bekerja pada proyek-proyek sipil.

"Sebagai contoh, Pindad yang membangun kendaraan lapis baja Anoa dan kendaraan tempur lainnya juga dapat membangun kendaraan Truk untuk sipil, PT Pal yang membangun kapal perang juga dapat membangun kapal komersial dan kapal memancing, sedangkan PT. DI yang membangun [pesawat angkut militer] CN295 juga dapat digunakan untuk pertahanan sipil," dia mengatakan.

Direktur Eksekutif PT Pindad Silmy Karim mengatakan, pihaknya siap untuk memproduksi peralatan non-pertahanan, yang tidak hanya akan mendorong industri pertahanan negara, tetapi juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Tuntutan untuk produk pertahanan terus meningkat, sehingga kami akan meningkatkan produksi baik [pertahanan dan industri non-pertahanan]," kata Silmy setelah pertemuan dengan Presiden

Selain Anoa, Silmy menambahkan, Pindad juga melihat ke produksi untuk jaringan kereta api dan pemanfaat alat berat.

"Pertemuan mendukung gagasan bahwa kita harus mengoptimalkan produksi pertahanan negara," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.