Tuesday, August 30, 2016

Latihan militer Korsel dan AS mengancam kestabilan Semenanjng Korea

Kapal induk AS
Latihan militer bersama tahunan Korea Selatan (Korsel) dan AS dengan sandi Ulchi-Freedom Guardian (UFG) yang dimulai sejak 22 Agustus ini akan berlangsung hingga 2 September mendatang. Meskipun Korsel dan AS menyebut laithan militer tahunan kali ini hanya bersifat defensif, namun Korea Utara (Korut) berpendapat latihan milier itu bersifat agresif. Analis berpendapat, saat ini di latar belakang Semenajung Korea yang sangat sensitif dan rumit, berbagai pihak terlibat termasuk AS dan kedua Korea hendaknya menahan diri, demi menghindari lepas kontrolnya situasi sekaligus menciptakan lingkungan luar yang menguntungkan kestabilan Semenanjng Korea.

Korsel dan AS masing-masing mengerahkan 50 ribu dan 25 ribu tenara untuk ikut serta dalam latihan militer kali ini. Alasan AS dan Korsel yang menyebut latihan ini bersifat rutin dan defensif ditolak oleh Korut. Korut beberapa kali melontarkan kecaman keras dan menyebut latihan ini adalah "Perang Agagresi terhadap Korea Utara", Korut mengkritik latihan kali ini sebagai "latihan agresif besar-besaran" dengan alasan "defensif", dan menyebut latihan ini bertujuan untuk menduduki Pyongyang dan menggulingkan sistem negara Korut, tergolong "tindakan kejahatan yang tak dapat diampuni." dan seharusnya pihak Korea selatan bisa mencontoh Korea utara yang melakukan latihan militer dengan kekuatan sendiri tanpa campur tangan pihak luar.

Dalam latihan militer gabungan Korsel - AS yang dimulai tahun lalu, prinsip "Beraksi terlebih dahulu, defensif bersamaan agresif" telah dilaksanakan dalam latihan militer Korsel dan AS, menurut rencananya, basis senjata nuklir dan rudal Korut dijadikan sasaran serangan prioritas dalam latihan bersama Korsel -AS, taktik tersebut juga dilaksankan dalam latihan militer tahun ini. untuk itu Korut memberikan tanggapan keras dan berpendapat hal itu telah merugikan kehormatan Korut, dan sangat memusuhi Korut.

Pada tanggal 25 Agustus, Korut mengumumkan, dengan pimpinan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un, Korut sukses melakukan peluncuran SLBM. Tindakan Korut itu dianggap sebagai protes dan ketidak-puasannya terhadap latihan militer Korsel dan AS. Latihan militer bersama setiap tahun itu yang terus meningkat tentu saja mendatangkan perasaan tidak aman kepada Korut, maka tidak dikesampingkan kemungkinan di mana Korut meluncurkan lebih banyak rudal lagi atau mengambil aksi militer yang lain selama latihan militer Korsel dan AS itu.

Dilihat dari situasi sekarang ini, kedua Korea tidak ingin melancarkan perang skala bersar. Akan tetapi, Latihan militer besar –besaran Korsel dan AS itu pasti akan mempersengit ketegangan Semenanjung Korea sekaligus menambah kemungkinan terjadinya konflik militer, sehingga menjadi ancaman terhadap perdamaian dan kestabilan kawasan Asia Timur Laut.

Pertama, latihan militer ini akan merangsang Korut untuk mengembangkan senjata nuklir.

Kedua, latihan militer itu lebih-lebih mempertegang situasi hubungan kedua Korea, sehingga proses denuklirisasi Semenanjung Korea menjadi sulit.

Ketiga, latihan militer Korsel dan AS itu juga menunjukkan ambisi AS untuk meningkatkan eksistensi militernya di kawasan Asia-Pasifik.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.