Asal Usul:
Pada zaman Chunqiu atau Musim Semi dan Gugur (tahun 770-476 Sebelum Masehi), negeri Wu telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap negara Yue. Dalam serangan itu, raja negeri Wu terluka parah, dan mangkat tidak berapa lama kemudian. Putera raja tersebut, Fu Chai, ketika itu naik tahta, pun bersumpah akan membela kemangkatan ayahandanya. Sejak itulah, Fu Chai mulai melakukan latihan yang intensif bagi tentaranya, sehingga mereka menjadi sebuah tim tempur yang cukup hebat. Tiga tahun setelah itu, beliau memimpin pasukannya, meluncurkan serangan terhadap negeri Yue sekali lagi, dan berhasil menangkap raja negeri tersebut, Gou Jian.
Setelah pulang ke negeri Wu, Fu Chai meminta Gou Jian supaya tinggal di sebuah pondok usang yang berdekatan dengan makam ayahandanya untuk menjaga kuda. Gou Jian berpura-pura taat dan tunduk pada segala perintah Fu Chai. Namun, hatinya benar-benar penuh dengan perasaan untuk membalas dendam.
Beberapa tahun kemudian, Gou Jian telah dibebaskan. Setelah pulang ke negeri Yue, beliau segera mulai membangun sebuah tim tempur secara rahasia. Untuk mengingatkan dirinya agar jangan lupa akan penghinaan dan penderitaan yang dialaminya selama ini, beliau pula memilih untuk tidur di atas tumpukan kayu api. Setiap pagi setelah bangun dari tidur, dan setiap malam sebelum tidur, beliau akan mengecap empedu yang pahit, sambil bertanya kepada dirinya,
"Apakah beta sudah lupa akan penghinaan dan penderitaan yang pernah beta alami?"
Lalu, beliau akan menjawab dengan suara yang lantang,
"Tidak, beta tidak pernah lupa!"
Selain menyusun strategi berperang yang rapi, Gou Jian juga berkonsentrasi sepenuhnya terhadap urusan negara. Dengan terlaksananya beberapa langkah untuk memajukan sektor pertanian, serta meningkatkan taraf pendidikan rakyat, hanya dalam waktu beberapa tahun saja, negara Yue telah berkembang hingga menjadi sebuah negeri yang cukup kuat. Dengan persiapan yang demikian, Gou Jian akhirnya berhasil menumbangkan negara Wu.
Keterangan:
Peribahasa "Wo Xin Chang Dan" atau "Tidur di Atas Kayu Api dan mengecap Empedu" ini, membawa arti, memobilisasi energi dan kemampuan diri, bertekad dan bersabar untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita, terutama untuk membalas penghinaan dan penderitaan yang telah dialami .
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.