Wednesday, September 24, 2014

4 WN China asal Xinjiang di tangkap densus 88

Empat pria China ditangkap oleh polisi densus 88 dan telah resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan karena diduga melanggar undang-undang anti-terorisme dan imigrasi, kata Kapolri Jenderal Sutarman di Jakarta-Indonesia.

Keempat pria, yang diidentifikasi sebagai etnis Uighur dari wilayah otonomi Xinjiang Uygur, ditangkap pada 13 September dan akan secara resmi dikenakan tahanan, Seorang penyidik ​​kontraterorisme mengatakan, empat telah terdaftar di sebuah kamp pelatihan teroris di Poso dijalankan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur, situs berita Beritasatu.com melaporkan.

Mujahidin Indonesia Timur dipimpin oleh Santoso, seorang militan yang bersumpah setia pada Negara Islam di Irak dan Suriah, dalam sebuah video yang beredar luas di Internet.

"Mereka ingin pelatihan paramiliter dan belajar cara merakit bom dan senjata dengan kelompok Santoso, sebelum kembali ke negara mereka untuk melakukan tindakan anarkis dan terorisme" kata penyidik​​.

Penangkapan menandai pertama kalinya bahwa radikal dari Xinjiang telah mencoba untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka dari Indonesia, dan menimbulkan kekhawatiran, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan bahwa pihak China telah memverifikasi laporan bahwa empat orang ditahan oleh polisi Indonesia.

Ia mengatakan Gerakan Islam Turkestan Timur tidak hanya melakukan serangan di China, tetapi juga bekerja dengan organisasi teroris lainnya mengganggu stabilitas regional dan dunia, sehingga melawan ETIM adalah bagian dari upaya internasional secara keseluruhan untuk melawan terorisme. China menghargai pemahaman dan mendukung dalam upaya Indonesia dan Dunia untuk memerangi ETIM dan berharap untuk memperkuat kerjasama.

ETIM, yang berusaha pemisahan Xinjiang dari China dan pembentukan Turkestan Timur, telah terbukti berada di balik banyak serangan teroris di negeri ini.

Analis Terorisme Al Chaidar mengatakan: "Ini menunjukkan pesan Santoso telah melakukan perjalanan jihad transnasional juga telah berhasil mempengaruhi beberapa militan untuk bertindak.."

Keempat orang itu membawa paspor Turki palsu, yang mengidentifikasi mereka sebagai Abdul Basyit, 19, Ahmed Bozoghlan, 28, Atlinci Bayram, 19, dan Alphin Zubaidan, 27.

Sutarman mengatakan sebelumnya bahwa mereka membeli paspor ini seharga $ 1.000 di Thailand, dari sana mereka terbang ke Kuala Lumpur, dan kemudian ke Bandung, Jawa Barat. Mereka mengambil penerbangan lain ke Makassar, Sulawesi Selatan, di mana tiga orang lainnya yang juga ditangkap menjemput mereka.

Polisi juga merilis dua dari mereka yang ditangkap, mengatakan mereka hanya driver. Tapi orang ketiga, Syaiful Priyatna, seorang guru 29 tahun, ditahan karena telah lama menjadi buronan.

Dua tersangka lainnya juga ditahan di Palu pada 15 September sehubungan dengan kasus-Akbar, yang memiliki sebuah rumah di mana keempat orang ini tinggal, dan Kalman, anggota kelompok Santoso.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.