Saturday, March 29, 2014

ASEAN penuh keyakinan terhadap perekonomian China.

Sidang Kongres Rakyat Nasional (KRN) China pada awal Maret lalu megajukan beberapa target pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang, termasuk kebijakan reformasi sektor perbankan dan moneter. Wakil Rektor Singapore Management University (SMU), Nyonya Annie Koh dalam wawancaranya dengan wartawan kantor berita Xinhua menerangkan pandangannya terhadap peluang dan tantangan yang dihadapi ekonomi makro, perbankan dan industri moneter China. Ia mengatakan, biarpun ekonomi China melamban, Asia Tenggara tetap penuh keyakinan terhadap perekonomian China.

China menargetkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5 persen sepanjang tahun 2014. Nyonya Annie Koh mengatakan, beberapa analis ekonomi memperkirakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi China pada masa mendatang akan terpelihara pada 7 persen. Data prediksi itu adalah normal. Menurut Annie, menurunkan laju pertumbuhan ekonomi merupakan jalan yang tepat bagi China karena pembangunan berkelanjutan adalah tugas terpenting.

Annie Koh mengatakan, banyak daerah di Asia berharap China dapat menjadi motor penggerak perkembangan regional. Wajarlah mereka menunjukkan sikap negatif ketika China memprediksikan laju pertumbuhan yang melamban. Annie Koh mengatakan, China merupakan negara pengimpor terbesar di Asia, sehingga melambannya ekonomi China pasti akan membawa dampak bagi negara-negara lain di kawasan.

Apakah melambannya ekonomi China akan mengakibatkan pengaruh negatif bagi hubungan China dengan negara-negara Asia lainnya? Nyonya Annie Koh berpendapat bahwa negara-negara Asia selalu berpandangan jauh. Melambannya laju pertumbuhan ekonomi China tidak berarti negara-negara tetangga China akan melepaskan hubungan persahabatan dengan China. Annie menambahkan, proses perkembangan yang dialami China saat ini sangat berbeda dengan proses perkembangan China pada sepuluh tahun lalu. Dalam sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan China terutama didukung tenaga kerja upah rendah, pasar domestik yang potensial serta kebijakan moneter internasional. Annie mengatakan, ke depannya China akan lebih mengutamakan nilai tambah dan upah tinggi. Ini berarti para pekerja perlu memberikan kontribusi yang lebih besar untuk meningkatkan nilai tambah dan produktivitas yang lebih efisien. China telah menyadari bahwa komunitas ekonomi Asia Tenggara akan menjadi mitra kerja sama penting bagi dirinya, maka China tidak lagi semata-mata memandang luar negeri sebagai pasar sumber daya, melainkan berharap bekerja sama dengan pasar Asia Tenggara dan kedua pihak dapat menjadi mitra kerja sama yang inovatif, sehingga dapat menciptakan pola baru pembangunan ekonomi, sementara dapat mempercepat proses internasionalisasi pasar domestik. Annie akhirnya menyatakan bahwa Asia Tenggara akan tetap penuh keyakinan terhadap China sekalipun ekonomi China melamban pada masa mendatang.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.