Thursday, January 18, 2018

Laozi seorang tokoh Falsafah China paling terkenal

Laozi dilahirkan pada tahun pertama pemerintahan Raja Ling pada zaman Dinasti Zhou, yaitu tahun 571 sebelum Masehi, 20 tahun lebih awal dari kelahiran Kongzi yang juga dikenal sebagai Konfusius. Waktu meninggalnya pula lebih lambat Konfusius.

Menurut bahan dari sebuah buku yang berjudul "Riwayat Hidup Laozi dan Hanfei-Shi Ji (Catatan Sejarah)", nama keluarga Laozi adalah Li, dan beliau diberi nama Er dan nama tambahan Boyang. Kampung halamannya telah terdeteksi, yaitu Qurenli, Pekan Li, Kabupaten Ku, Negara Chu.

Chu merupakan negara yang penting di daerah aliran sungai Yangtze. Kebudayaan negeri yang terletak di daerah bagian tengah aliran sungai Yangtze ini pula merupakan komponen utama kebudayaan di daerah sepanjang aliran sungai itu, selain kebudayaan Bashu di daerah hulu dan kebudayaan Wuyue di daerah hilir aliran sungai tersebut.

Laozi tidak dapat disangkal ialah filsuf dan pemikir yang diakui paling cemerlang di daerah aliran sungai Yangtze pada zaman kuno.

Ada banyak tinggalan sejarah berkait dengannya di Kabupaten Ku, yaitu kabupaten Luyi di Provinsi Henan pada saat ini, misalnya Square Laojun, Istana Taiqing, Istana Dongxiao, Gunung Yinyang dan Situs Konfusius Bertanya tentang kesantunan dan budi bahasa. Selain itu, Pagoda Peringatan Laozi yang tingginya 84.3 meter, dengan 19 lantai yang baru saja dibangun di kabupaten tersebut pula merupakan bangunan semacam itu yang paling tinggi ada di seluruh negara China.

Susur galur seseorang tokoh tersohor biasanya diwarnai dengan misteri. Laozi juga tidak terkecuali. Legenda-legenda yang terkait dengannya sudah disadur dengan banyak unsur mitos karena beliau begitu disanjung oleh rakyat.

Menurut catatan beberapa buku sejarah seperti "Xin Tang Shu" (Buku Dinasti Tang Baru), nama keluarga nenek moyang Laozi adalah "Li" karena mereka berprofesi sebagai 'Da Li Guan "turun-temurun." Da Li Guan "berarti kepala eksekutif yang bertanggung jawab memimpin peradilan. Li Hui, adalah seorang dari leluhur Laozi yang telah dijatuhi hukuman setelah ia mengemukakan pendapat yang menyebabkan murka Raja Shang pada zaman Dinasti Zhou. Akibatnya, istri dan anak Li Hui terpaksa melarikan diri, dan menderita sepanjang perjalanan karena kekurangan makanan dan hanya bergantung pada buah plum saja. Kata "plum" dalam bahasa Mandarin terdiri dari "木" dan "子" yang kebetulan membentuk kata "李", yaitu "Li".

Ayah Laozi dikenal sebagai Li Qian, keturunan Li Hui generasi ke-10. Dia dikatakan memiliki tanah seluas beberapa hektar, tetapi tidak pandai mengelola urusan keuangan.

Li Qian yang baik hati itu telah menikah dengan seorang gadis dari keluarga yang bernama Li juga. Nyonya Li cantik, murah hati dan selalu membantu mereka yang hidup dalam kemiskinan. Dia pernah mengatakan kepada suaminya bahwa nama baik akan dikeuang jika membantu mereka yang membutuhkan bantuan. Setelah berdiskusi, pasangan suami istri tersebut memutuskan untuk membagi harta dan tanah mereka kepada orang miskin.

Tiak berapa lama setelah itu, Li Qian dikatakan hilang setelah minum sampai mabuk ketika menangani urusan di luar. Istrinya, Nyonya Li yang sudah sarat hamil mengalami kesulitan ketika hendak bersalin. Dia sangat khawatir dan dikatakan pernah mengeluh sambil memegang perutnya: "Hari ini aku tunggu, besok pun akau tunggu juga. Sudah begitu lama, kau masih belum keluar dari 'rumah'mu dalam perutku ini."

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.