Friday, July 25, 2014

Indonesia mulai memasuki "Zaman Jokowi"

Komisi Pemilihan Umum Indonesia kemarin (22/7) resmi mengumumkan hasil penghitungan suara. Berdasarkan penghitungan suara yang dikumpulkan di 33 provinsi dan luar negeri, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi menang dalam pemilihan presiden dan terpilih sebagai presiden RI, hal itu menandakan Indonesia mulai memasuki "Zaman Jokowi". Serah-terima kekuasaan presiden akan digelar tiga bulan kemudian, saat ini sebagai presiden baru Indonesia, Jokowi sedang menghadapi beberapa tantangan sebagai berikut.

Pertama adalah tantangan dari saingannya Prabowo Subianto. Meskipun Prabowo Subianto mengundurkan diri dari Pilpres 2014, tapi sikap yang cukup keras itu tetap menimbulkan kekhawatiran masyarakat Indonesia, bursa efek Jakarta (IHSG) sempat menurun tajam 2,17 poin sejalan dengan pengumuman Prabowo tersebut.

Tantowi Yahya, juru bicara tim kampanye pemilu Prabowo, menyatakan, pihaknya akan meminta komisi pemilihan umum untuk menangani masalah kecurangan dalam pemilu, tapi tindakan konkret tim Prabowo belum dijelaskan dan hanya menyatakan tindakan tersebut tidak akan melanggar peraturan terkait. Apakah tim Jokowi berkemampuan menghadapi tantangan dari tim Prabowo dan mencapai kerujukan dengannya, hal itu merupakan ujian penting bagi Jokowi.

Kedua, Jokowi harus mempertimbangkan bagaimana mempersatukan kembali bangsa Indonesia, yang telah pecah akibat pemilu. Pemilu kali ini merupakan pemilihan paling sengit selama 16 tahun dijalankannya demokrasi di Indonesia, kekuatan pendukung kedua kubu hampir sama, kampanye pemilu dan proses perhitungan suara yang memakan waktu dua bulan pada skala tertentu telah memecahkan masyrakat Indonesia. Bagaimana memperbaiki keretakan tersebut dan memperoleh kembali keyakinan dari pendukung Prabowo, hal itu merupakan satu kesulitan besar bagi Jokowi.

Ketiga, apakah Jokowi dapat menjabat sebagai presiden daripada gubernur saat ini, hal ini masih dicermati rakyat. Meskipun kinerjanya yang berciri khas bersih, praktis, ramah dan pragmatis telah memperoleh banyak dukungan dari pemilih, tapi kemampuannya untuk mengurus negara tetap dikhawatirkan publik. Sejak pertama kali ia diangkat sebagai wali kota Solo pada 2005, hanya dalam waktu sepuluh tahun Jokowi telah menciptakan "keajaiban Indonesia", kelangkaan pengalaman politiknya adalah kekurangan yang tak dapat dihindarinya.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.