Tuesday, November 26, 2013

Konsep MINT : Mexico, Indonesia, Nigeria, dan Turki

Pendiri konsep BRIC merangkap mantan ahli ekonomi utama Goldman Sachs Jim O'Neill belum lama ini mengajukan konsep MINT dalam kolomnya. Empat negara termasuk MINT tersebut masing-masing adalah Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki. Saat diwawancarai, Jim O'Neill mengatakan MINT adalah negara-negara yang dinamis di bidang ekonomi dan populasinya besar menyusul negara-negara BRIC. Ia menambahkan, empat negara MINT ini memiliki populasi pemuda besar sehingga ekonominya akan berkembang pesat dalam 20 tahun mendatang.

Konsep MINT tersebut masih asing bagi penduduk Indonesia. Saat wartawan mengemukakan MINT kepada warga Indonesia, respon yang diberikan kebanyakan bangga, sambil mengatakan meskipun tidak dapat dibandingkan dengan Brazil, Rusia dan Afrika Selatan, pertumbuhan ekonomi negara mereka juga pesat, dan senang dapat menjadi salah satu negara MINT.

Sebagai masyarakat ekonomi terbesar di Asia Tenggara, ekonomi Indonesia berkembang dengan pesat pada tahun-tahun terakhir ini, sementara ekonomi dunia masih dalam pemulihan yang sulit. Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melebihi 6 persen selama tiga tahun sejak tahun 2010. Ekonomi yang aktif, kebijakan investasi yang relatif longgar, dan tenaga kerja yang murah, menarik banyak modal asing ke Indonesia. Pada tahun 2012 volume investasi dari luar negeri menempati nomor ke-17 di dunia, dan menempati nomor kedelapan antara negara-negara berkembang.

Periset dari Pusat Penelitian Ekonomi Institut Ilmu Pengetahuan Indonesia, Swagger mengatakan populasi pemuda serta kalangan konsumen yang semakin bertambah merupakan keuntungan terbesar bagi pengembangan Indonesia pada masa depan. Pemuda yang umurnya di bawah 19 tahun menempati lebih dari separo seluruh populasi Indonesia yang jumlahnya 240 juta orang. Populasi kelas menengah dalam negeri agak besar, dan konsumsi kebutuhan demestik menempati lebih dari 70 persen dari PDB (Produk Demestik Bruto).

Swagger menambahkan, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam proses pengembangan. Selain infrastruktur yang ketinggalan, korupsi politik, pertalian melalui kerabat, serta kebijakan dan perintah yang tidak lancar telah mengakibatkan hambatan bagi investasi. Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi pesat selama tiga tahun, muncul masalah-masalah yang menunjukkan ketidakseimbangan struktur ekonomi Indonesia, antara lain peruncingan inflasi, perluasan defisit rekening reguler, dan devaluasi rupiah dalam skala besar. Ahli ekonomi telah memberlakukan peringatan "jebakan pendapatan menengah". Selain itu, risiko modal yang mengalir ke luar negeri juga memberikan tekanan kepada ekonomi Indonesia.

Penduduk Indonesia tidak dimabukkan oleh statistik ekonomi yang memuaskan. Mereka lebih memperhatikan biaya kehidupan yang semakin meningkat dan kesenjangan antara kaya dan miskin yang semakin membesar, dibandingkan dengan dicalonkan sebagai salah satu negara MINT. Kebanyakan pejabat dan pakar Indonesia percaya masa depan ekonomi Indonesia sangat cemerlang meskipun menghadapi tekanan untuk sementara.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.