Thursday, August 19, 2010

Memaknai Kembali Nasionalisme dan Arti Kemerdekaan

Derap tegap kaki pasukan Paskibraka mengawali pagi hari ini di kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing. Bendera merah putih berkibar gagah diiring lagu kebangsaan Indonesia Raya. Suasana khidmat meliputi para peserta upacara. Kalangan diplomatik, undangan khusus, dan warga negara Indonesia di Beijing mengikuti upacara bendera memperingati 65 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Matahari membakar Beijing di bulan Ramadan ini, peluh terlihat mengucur deras di wajah beberapa peserta upacara. Namun ini sama sekali tak mengurangi semangat mereka untuk mengenang kembali perjuangan panjang bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.

Pukul 10:05 waktu Beijing, proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Siapa pun yang hadir dalam upacara bendera kali ini tentulah terkenang bagaimana Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, 65 tahun silam, yang juga kebetulan jatuh di bulan suci Ramadan. Sederhana, namun khidmat, itulah nuansa peringatan Kemerdekaan RI tahun ini di Beijing.

Kemerdekaan Indonesia bukan hanya berarti bagi warga Indonesia. Kemerdekaan Indonesia punya arti penting bagi seluruh dunia. Duta Besar Republik Indonesia, Imron Cotan, mengatakan,

"Kita patut berbangga bahwa Indonesia adalah salah satu pelopor dalam revolusi kemerdekaan dan dekolonisasi luar biasa yang telah berhasil mengubah tatanan geopolitik dunia di akhir perang dunia. Setelah membebaskan diri dari penjajah, para pendiri bangsa kita pun bertekad mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial."

Cita-cita kemerdekaan Indonesia telah menjadi katalis bagi pembebasan bangsa-bangsa terjajah di dunia, sehingga telah turut mengubah jalannya sejarah dunia. Kemerdekaan Indonesia telah memberikan inspirasi bagi bangsa-bangsa terjajah lain di dunia, terutama di Asia dan Afrika, untuk memerdekakan diri. Pada tahun 1955 Indonesia menggelar Konferensi Asia Afrika di Bandung, yang merupakan suatu corner stone bagi proses dekolonisasi bangsa-bangsa dunia.

Pembebasan diri dari segala bentuk kolonisasi, imprealisasi, dan intimidasi asing adalah amanat suci dari perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Duta Besar Imron Cotan mengatakan,

"Untuk itu, marilah kita bersama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kita masih diberi kesempatan untuk dapat terus melanjutkan karya, tugas dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta dalam keadaan bebas dan merdeka dari segala bentuk kolonisasi, imperialisasi, dan intimidasi asing"

Indonesia memang telah mengalami banyak jatuh bangun dalam perjalanan panjangnya sebagai bangsa merdeka. Dalam peringatan 65 tahun kemerdekaan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraannya di hadapan DPR-RI mengatakan, perubahan mendasar di Indonesia yang berjalan secara damai adalah prestasi yang layak dibanggakan bersama. Berbagai kemajuan yang diraih Indonesia di bidang ekonomi belakangan ini selaras dengan tempa peringatan HUT Kemerdekaan tahun 2010 ini, yaitu, "Dengan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, kita sukseskan reformasi gelombang kedua, untuk terwujudnya kehidupan yang makin sejahtera, makin demokratis, dan makin berkeadilan."

Duta Besar Imron Cotan mengatakan,

"Di era reformasi, bangsa kita juga telah berhasil melalui masa-masa berat dan 'merdeka' dari cobaan krisis multidimensi, gerakan separatisme dan terorisme dari dalam maupun luar, serta tantangan disintegrasi bangsa. Berkat tekad persatuan dan kesatuan, bangsa kita masih tegak berdiri, bahkan mampu bangkit sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, jembatan antara Islam dan Barat, serta kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di Asia.

Namun perjuangan kita belum selesai. Bersama-sama dengan seluruh komponen bangsa di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kita jalankan reformasi gelombang kedua, dengan misi menuntaskan agenda reformasi dan mewujudkan Visi Indonesia 2025, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju, bermartabat dan sejahtera berlandaskan pada tiga pilar: kemandirian, daya saing dan peradaban yang unggul"

Dalam konteks hubungan bilateral dengan Tiongkok, HUT Kemerdekaan Indonesia tahun ini semakin istimewa karena bertepatan dengan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik RI – RRT. Tahun 2010 juga telah ditetapkan sebagai Tahun Persahabatan Indonesia – RRT.

Kedua negara juga telah menandatangani Deklarasi Kemitraan Strategis pada April 2005 dan Plan of Action pada Januari 2010 yang menjadi landasan utama untuk memperkuat hubungan bilateral. Hasil nyata telah dicapai. Volume perdagangan kedua negara terus meingkat, tahun 2009 mencapai hampir US$ 30 milyar. Presiden susilo Bambang Yudhoyono menargetkan volume perdagangan dua arah sebesar US$ 50 milyar pada tahun 2014. Selain itu, hubungan antar-masyarakat kedua negara pada tingkat akar rumput juga meningkat secara signifikan, ditandai dengan peningkatan pertukaran mahasiswa, tokoh agama dan masyarakat, politisi, dan anggota parlemen.

Sebagai perwujudan perasaan senasib sepenanggungan dengan warga Tiongkok, Duta Besar Imron Cotan juga mengajak seluruh peserta upacara mengheningkan cipta untuk para korban dalam bencana longsor yang melanda daerah Zhouqu di Gansu, Tiongkok. Kotak-kotak sumbangan untuk korban bencana di Gansu juga diedarkan, mengajak seluruh masyarkat Indonesia untuk turut merasakan dan membantu meringankan penderitaan korban bencana longsor.

Sebagai penutup, Duta Besar Imron Cotan mengajak segenap masyarakat Indonesia di Tiongkok untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan.

"Sebagai langkah nyata, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengajak segenap warga negara Indonesia di RRT untuk kembali memaknai arti kemerdekaan, mengobarkan semangat nasionalisme, rasa cinta tanah air, rasa persatuan, kerukunan dan toleransi, dan yang paling utama adalah berupaya untuk mengaktualisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kontribusi konstruktif dalam segala bentuk, sekecil apa pun itu."

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.