Monday, January 4, 2010

CAFTA, Pola Baru Zona Perdagangan Bebas bagi Negara-negara Berkembang

Tanggal 1 Januari 2010, Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN atau CAFTA telah diresmikan. Ahli-ahli terkait berpendapat, CAFTA sebagai zona perdagangan bebas paling besar yang terdiri dari negara-negara berkembang dewasa ini, tidak hanya membawa "menang bersama" bagi kedua pihak, juga menyediakan pola baru bagi negara-negara berkembang untuk mendirikan zona perdagangan bebas.

Melalui upaya selama 8 tahun, akhirnya CAFTA telah selesai dibangun menurut jadwal. CAFTA yang mencakup 11 negara dengan populasinya 1,9 miliar jiwa dan GDPnya 6 trilyun dolar Amerika, merupakan zona perdagangan bebas terbesar ketiga di dunia setelah Zona Perdagangan Bebas Uni Eropa dan Zona Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Zhang Yunling asal Akademi Ilmu Sosial Tiongkok berpendapat, bagi negara-negara berkembang, CAFTA menciptakan pola baru yang berbeda dengan zona perdagangan bebas Uni Eropa maupun Amerika Utara.

"Pertama, CAFTA dibentuk secara berangsur-angsur dan progresif, berbeda dengan NAFTA yang didirikan secara instan. Kedua, negara-negara anggota CAFTA dengan ketat menaati peraturan WTO, tidak menimbulkan rintangan perdagangan terhadap negara-negara lainnya; melalui cara progresif, kami berupaya mewujudkan target pembukaan pasar dalam waktu sedini mungkin. Ketiga, di kawasan ASEAN terdapat banyak negara anggota yang kurang maju. Kami harus membantu mereka agar mampu mengikuti perkembangan merata, sehingga semua negara anggota ASEAN bermanfaat. Ini sangat penting artinya. Keempat, dengan bertolak dari perbaikan iklim ekonomi, kami berusaha melakukan pembangunan infrastruktur dan eksploitasi di kawasan subregional, sehingga sangat memperbaiki syarat perkembangan setempat, ini menguntungkan perkembangan Tiongkok maupun perkembangan negara-negara anggota ASEAN."

Sejak tercapai Persetujuan Kerangka Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh antara Tiongkok dan ASEAN, hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua pihak berkembang pesat. Volume perdagangan bilateral telah bertambah dari kurang lebih 60 miliar dolar Amerika pada tahun 2002 menjadi 230 miliar dolar Amerika pada tahun 2008. Sejalan dengan peresmian CAFTA, tarif bea masuk merata Tiongkok terhadap produk ASEAN akan diturunkan dari 9,8% menjadi 0,1%.

Direktur Balai Riset Asia Tenggara di bawah Universitas Jinan, Provinsi Guangdong bagian selatan Tiongkok, Cao Yunhua menunjukkan, pembentukan CAFTA akan membawa efek menang bersama bagi kedua pihak. Ia mengatakan:

"Peresmian CAFTA adalah hasil 'menang bersama', dan mempunyai arti penting bagi kedua pihak. Bagi Tiongkok, ASEAN adalah tetangga yang paling penting. Dilihat dari bidang politik, menciptakan lingkungan yang kondusif di sekitar mempunyai arti penting bagi pelaksanaan reformasi dan keterbukaan maupun pembangunan modernisasi Tiongkok. Dilihat dari sudut ekonomi, ASEAN merupakan mitra perdagangan dan investor penting bagi Tiongkok, kedua pihak merupakan mitra perdagangan terbesar keempat. Sekarang saling ketergantungan ekonomi antara Tiongkok dan ASEAN terus meningkat. Seiring dengan peresmian CAFTA, hubungan ekonomi kedua pihak pasti akan dipererat lebih lanjut."

Penurunan bea masuk setelah peresmian CAFTA tidak hanya meningkatkan volume perdagangan bilateral, juga mengoptimalkan struktur perdagangan kedua pihak. Walaupun ekspor menduduki posisi penting dalam ekonomi Tiongkok maupun ekonomi ASEAN, namun antara kedua pihak masih terdapat banyak produk dan industri yang bersifat saling melengkapi. Misalnya, ekspor Tiongkok di bidang-bidang perkapalan, baja dan besi, tekstil dan pakaian serta produk porselin mengalami pertumbuhan pesat. Sementara itu, impor produk tembaga, karet serta kakao oleh Tiongkok juga tumbuh pesat.

Zhang Yunling asal Akademi Ilmu Sosial Tiongkok mengatakan, perkembangan CAFTA akan sangat potensial.

"Pertama, CAFTA merupakan satu entitas ekonomi yang terdiri dari dua kekuatan ekonomi, dengan populasinya mencapai 1,9 miliar orang dan GDPnya yang lumayan. Kedua, ekonomi Tiongkok pada masa depan akan terus memelihara pertumbuhan yang relatif pesat, sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi regional, bahkan dunia pada umumnya. Dengan demikian, negara-negara ASEAN pun akan memperoleh manfaat. Kerja sama itu akan memperbaiki syarat perkembangan ekonomi kawasan ini, sehingga kawasan ini menjadi lebih menarik, dan akan menyerap lebih banyak dana dan teknologi."

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.