Monday, October 3, 2016

Legenda Lima Buah Gunung Dewa

Konon, setelah Dewi Nu Wa menciptakan manusia, umat manusia hidup dengan aman dan sentosa. Namun, tiba-tiba, pada suatu hari, langit dan bumi bertabrakan, lalu muncullah satu celah yang besar di langit. Bumi juga merekah dan runtuh. Api keluar dari bawah tanah, dan menghancurkan hutan. Banjir besar pula terjadi di mana-mana sehingga menenggelamkan gunung di bumi. Hantu dan binatang liar berkeliaran. Kondisi ini mendatangkan kesengsaraan bagi seluruh umat manusia.

Ketika melihat manusia hidup begitu sengsara, dewi Nu Wa pun membantu mereka membunuh hantu dan binatang liar yang jahat, menangani bencana alam, dan kemudian, melaksanakan proyek besar, yaitu menempelkan celah di langit.

Dia mengumpulkan banyak kayu dari mana-mana, dan mengangkutnya ke tempat yang ada rekahan itu. Kayu tersebut ditimbunkannya sampai setinggi langit. Kemudian, dia pergi mencari batu berwarna biru yang warnanya mirip warna langit. Karena batu jenis ini jarang ditemukan, dia terpaksa memungut sejumlah batu lain yang berwarna putih, kuning, merah dan hitam, lalu meletakkan semuanya di atas tumpukan kayu tadi.

Dengan menggunakan api yang keluar dari bawah tanah itu, Dewi Nu Wa menyalakan kayu tersebut. Api yang menyala itu telah menerangi udara. Batu berwarna-warni yang hangus terbakar menjadi lebur, bagaikan air sirup mengalir ke dalam rekahan di langit itu. Dengan demikian, celah yang besar itu berhasil disisipkan.

Meskipun langit dan bumi yang rusak itu telah diperbaiki, namun, bentuk aslinya tidak mungkin dipulihkan lagi. Langit di sebelah barat laut terlihat agak miring. Jadi, matahari dan bulan bergerak ke arah itu. Ada pula sebuah lubang yang cukup besar di bumi, di sebelah tenggara, menyebabkan air sungai mengalir ke arah itu. Lama-kelamaan, tempat itu pun menjadi laut.

Di sebelah timur Laut Bohai, ada sebuah lurah yang sangat dalam. Namanya "Gui Xu". Air dari sungai atau laut mengalir ke lurah itu. Namun, air dalam lurah itu tidak bertambah dan juga tidak berkurang. Oleh itu, ia tidak akan melimpah dan Menenggelami bumi.

Ada 5 buah gunung dewa yang tinggi di dalam lurah "Gui Xu" ini, yaitu "Dai Yu", "Yuan Qiao", "Fang Hu", "Ying Zhou" dan "Peng Lai". Di puncak setiap gunung, telah dibangun istana yang berkilau keemasan, yang dihuni oleh dewa-dewi.

Di gunung dewa tersebut, semua burung dan hewan liar berwarna putih. Di sana, juga banyak pohon yang aneh tumbuh. Buah-buahan yang dihasilkan oleh pohon-pohon tersebut berupa giok dan mutiara, yang rasanya sangat enak. Manusia biasa dikatakan bisa panjang umur jika memakan buah itu. Dewa dewi yang menghuni gunung tersebut, semuanya memakai baju yang putih, dan memiliki dua sayap yang kecil. Mereka yang beterbangan bagaikan burung, bepergian antara lima buah gunung tersebut untuk mengunjungi sanak saudara dan sahabat handai, hidup dengan aman dan gembira.

Namun, dewa dewi juga memiliki kekhawatiran. Karena lima buah gunung dewa tersebut mengapung di atas laut, jika dilanda angin kencang, gunung tersebut akan hanyut dibawa oleh arus laut yang deras. Kondisi ini memang sangat menyusahkan. Jadi, mereka mengirim wakil ke kayangan untuk meminta bantuan dari kaisar. Kaisar di kayangan juga khawatir jika gunung dewa tersebut hanyut ke tempat yang lain, anak buahnya akan kehilangan tempat tinggal. Oleh itu, beliau mengarahkan dewa laut, yaitu "Yu Qiang" supaya mengirim 15 ekor kura-kura yang besar untuk mendukung 5 buah gunung dewa tersebut. Setiap gunung itu digendong oleh seekor kura-kura, dan dua ekor yang lain berpatroli di sebelah kiri dan kanan. Mereka bergilir 60 ribu tahun sekali. Dengan demikian, situs lima buah gunung dewa tersebut menjadi kokoh, dan dewa dewi terus tinggal di sana dengan gembira.

Tiba-tiba, pada suatu hari, seorang raksasa dari Negara Long Bo datang memancing ikan di Lurah Gui Xu. Raksasa itu sangat besar, tubuhnya setinggi gunung. Dia telah memancing 6 ekor kura-kura yang besar dari dasar laut itu. Kebetulan, keenam ekor kura-kura itu adalah kura-kura yang bertugas mendukung gunung dewa. Raksasa itu membawa kura-kura yang dipancingnya pulang ke kampung. Dua buah gunung dewa yang kehilangan kura-kura pendukungnya, yaitu "Dai Yu" dan "Yuan Qiao" telah hanyut dibawa air dan angin kencang ke kutub utara, lalu tenggelam dalam laut. Dewa dewi yang tinggal di kedua buah gunung itu terpaksa meninggalkan istana mereka.

Setelah mengetahui hal itu, kaisar di kayangan naik berang dan mengecilkan tubuh raksasa di Negeri Long Bo itu. Hingga sekarang, menurut ceritanya, tiga buah gunung dewa yang lain yang terus digendong oleh kura-kura tersebut, masih megah di kawasan perairan di sebelah timur China.

Related Posts:

  • Hai Qun Zhi Ma Asal Usul:Pada suatu hari, kira-kira 4000 tahun yang lalu, Huangdi (Kekaisaran Kuning), yaitu raja yang pertama dalam legenda China, telah membawa rombongan pengiringnya, menuju ke sebuah desa untuk mengunjungi seorang tema… Read More
  • Kemimpinan menjadi teladan "Shang Xing Xia Xiao" Pada zaman Chunqiu, yaitu antara tahun 770 sampai tahun 476 Sebelum Masehi, ada seorang raja di negeri Qi yang bernama Qijinggong. Beliau selalu berdukacita, karena setelah Perdana Menterinya, Yan Ying meninggal dunia, tida… Read More
  • Tiga Kali Berkunjung ke Rumah Beratap Jerami Asal Usul:Pada abad ketiga Masehi, China yang berada dalam kondisi bergolak, diperintah oleh pemerintah tiga negara, yaitu negara Wei di bagian utara, negara Shu di bagian barat daya, dan negara Wu di bagian tenggara. Antar… Read More
  • Wo Xin Chang Dan Asal Usul:Pada zaman Chunqiu atau Musim Semi dan Gugur (tahun 770-476 Sebelum Masehi), negeri Wu telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap negara Yue. Dalam serangan itu, raja negeri Wu terluka parah, dan mangkat ti… Read More
  • Masih Tidak Terlambat untuk Perbaikan Kandang Asal Uusl:Pada zaman Negara-Negara Berperang (tahun 475-221 Sebelum Masehi), negeri Chu diatur oleh raja Chuxiang. Namun, beliau serta pejabat senior pemerintah selalu bersikap acuh tak acuh terhadap urusan negara, dan menu… Read More

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.