Tuesday, October 4, 2016

Legenda Hou Yi memanah matahari

Pada zaman dahulu kala, konon ada 10 matahari di kayangan. Cahaya matahari yang panas terik menyebabkan tanah kering, panas dan berasap, air di laut kering menguap dan rakyat menghadapi ancaman maut.

Melihat manusia hidup menderita, dewa kayangan mengarahkan dewa panah, Hou Yi agar turun ke kalangan manusia untuk menyelamatkan mereka. Hou Yi membawa sebuah busur yang berwarna merah, sebuah tas yang berisi dengan panah berwarna putih serta istrinya yang cantik yaitu Chang E, turun ke bumi.

Setelah tiba di bumi, Hou Yi menyarankan semua 10 matahari sehingga mereka keluar bergantian, yakni satu kali setiap hari, supaya manusia mendapat cahaya matahari, tetapi tidak menderita kepanasan yang amat sangat. Tetapi kesepuluh-sepuluh matahari itu enggan menerima nasihat Hou Yi. Hou Yi naik berang, lalu melancarkan serangan untuk memanah jatuh matahari. Dia memanah jatuh 9 matahari, satu demi satu. Sejak itulah, manusia hidup dengan aman dan bahagia dengan hanya satu matahari di langit.

Jasa Hou Yi dicemburui oleh dewa-dewi yang lain. Mereka menfitnah Hou Yi di depan dewa kayangan. Baginda termakan fitnah itu, dan terus menyisihkan Hou Yi. Kemudian, beliau menghukum Hou Yi dan istrinya supaya turun ke bumi, dan tidak diizinkan pulang ke istana di kayangan lagi. Hou Yi membawa istrinya, yaitu Chang E, tinggal di bumi, dan hidup bersama-sama dengan manusia biasa. Mereka mencari rezeki dengan berburu. Hidup mereka sangat miskin dan susah.

Setelah sekelian lama, Hou Yi merasa kasihan kepada istrinya yang terpakas turun dari kayangan dan hidup menderita kemiskinan. Terdengarlah kabar, dewi ratu barat yang tinggal di Gunung Kunlun memiliki sejenis ramuan yang ajaib. Dengan ramuan itu, siapa saja bisa naik ke kayangan. Hou Yi pun pergilah ke Gunung Kunlun yang jauh itu dengan berjalan kaki untuk menziarahi dewi ratu barat dan meminta ramuan tersebut. Namun, dia merasa kecewa karena ramuan itu hanya cukup untuk seorang saja naik ke kayangan. Hou Yi tidak sampai hati kembali ke kayangan seorang diri dan meninggalkan istrinya seorang diri di bumi. Dia juga tidak ingin istrinya pulang ke kayangan seorang diri. Jadi, dia pun menyembunyikan ramuan itu di rumahnya.

Tapi istrinya, Chang E, tidak ingin tinggal di bumi lagi. Ketika Hou Yi keluar berburu, Chang E telah memakan ramuan tersebut. Setelah ditelannya ramuan itu, Chang E merasa badannya menjadi ringan sehingga ia terbang ke kayangan. Akhirnya tibalah dia di Istana Guanghan di bulan. Setelah mengetahui istrinya sudah pulang ke kayangan, Hou Yi merasa sangat sedih. Tapi dia tidak tega menggunakan busurnya untuk memanah mati istrinya yang sudah berada di bulan itu. Dia hanya mengucapkan selamat jalan kepada istrinya.

Hou Yi terus tinggal di bumi, dan mengajarkan teknik memanah kepada orang di bumi. Salah seorang penuntutnya yang bernama Feng Meng, sangat pandai memanah, tetapi memiliki hati yang jahat. Dia berpendapat, selama gurunya, Hou Yi, masih hidup, dia tidak akan berpeluang menjadi pemanah yang terhebat di dunia. Jadi, pada suatu hari, ketika dilihat Hou Yi minum alkohol sampai mabuk, dia menggunakan kesempatan ini untuk membunuh gurunya itu.

Chang E yang tinggal seorang diri di istana bulan itu pula hanya ditemani oleh seekor kelinci dan seorang tua yang bertugas menebang pohon. Dia yang merasa kesepian itu, kini sangat merindukan waktu-waktu bahagia yang dilaluinya dengan suaminya suatu ketika dahulu.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.