Seorang pengusaha China menilai bahwa Indonesia merupakan tempat yang menguntungkan untuk berdagang, namun tidak kondusif sebagai tempat untuk berproduksi. Salah satu penyebab adalah tidak ada jaminan stabil dari berbagai gejolak, terutama aksi demonstrasi para buruh yang tidak menentu.
Xu Jincong adalah pengusaha asal provinsi Fujian. Dengan dibantu putranya, Xu Jianming, dia memiliki usaha di sejumlah sektor, mulai dari telekomunikasi, mesin dan suku cadang, importir dan distributor peralatan medis hingga kendaraan motor roda tiga.
Sebagai pebisnis, dia rutin bolak-balik dari China ke Indonesia selama dua puluh tahun terakhir. "Istri saya orang Indonesia. Saya senang tinggal di sana," kata Xu saat menyambut kunjungan delegasi wartawan ASEAN, di salah satu pabriknya yang berada di pinggir Kota Quanzhou, Provinsi Fujian, China.
Xu pun mendirikan kantor di kawasan Gunung Sahari, Jakarta. Di sana dia memimpin PT Buanatama Group Indonesia yang menjadi importir dan distributor peralatan medis dan suku cadang mesin.
Di kantornya di Jakarta, Xu tidak mempekerjakan banyak orang. Sebaliknya, di China, dia memiliki dua pabrik di provinsi Fujian, satu di Kota Jinjiang dan lainnya di kawasan industri Quanzhou. Dua pabrik itu membuat mesin-mesin cetak dan suku cadang dengan mempekerjakan sekitar 400 orang.
Xu mengaku sebenarnya dia sempat berencana untuk membuka industri serupa di Indonesia. Namun, dia urung melakukannya. "Situasinya tidak mendukung," ujarnya.
Ditanya apa alasannya, dia menjawab khawatir dengan maraknya unjuk rasa para buruh di tanah air. " Di sana banyak demo, tidak stabil untuk bikin pabrik. Di sini (China}, tidak ada yang protes," lanjut Xu singkat.
Itu sebabnya dia memilih mengembangkan industri di China. Di negara komunis itu tidak ada mobilisasi pekerja untuk aksi mogok atau berunjuk rasa, lantaran pemerintah melarang aksi turun ke jalan untuk alasan apapun.
Di pabriknya yang baru di Quanzhou, Xu membangun asrama khusus untuk para pekerjanya yang berada satu kompleks dengan pabrik. "Ini agar mereka tidak perlu pulang-pergi jauh ke rumah," kata Xu.
Asrama lima tingkat itu mirip apartemen mini, masing-masing kamar berukuran studio 4x6 meter, cukup luas untuk ditempati dua hingga tiga pekerja. Lengkap dengan kamar mandi, pendingin ruangan, dan air panas. Mereka, kata Xu, bisa tinggal di situ tanpa kena potongan gaji. Makan pun disediakan pabrik tiga kali sehari dengan menu beragam.
Fasilitas ini sengaja dibuat Xu untuk menjamin bahwa para pekerja merasa betah dan tidak lari ke tempat lain. Ini mengingat pekerjaan mereka butuh keahlian khusus.
"Asrama seperti ini bukan perintah dari pemerintah, tapi dari inisiatif kami sendiri," kata Xu.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.