Saturday, September 5, 2015

Taktik perang ala Zhuge Liang

Menurut ceritanya, pada abad ketiga Masehi, negeri Wei, negara Shu dan negeri Wu merupakan tiga kekuatan yang terbesar di China. Pemerintah tiga negara tersebut saling bersaing untuk mengalahkan satu sama lain. Zhuge Liang adalah penasihat militer negeri Shu. Dia sangat pandai memimpin gerakan militer ketika berperang.

Pada suatu ketika, negeri Wei mendapat berita bahwa kekuatan militer negeri Shu yang ditempatkan di daerah strategisnya di Kota Barat sangat sedikit. Jumlahnya tidak sampai 10 ribu orang. Maka, Jenderal negeri Wei, yaitu Sima Yi pun memimpin pasukannya yang berjumlah lebih seratus ribu orang, untuk menyerang kota tersebut. Semua orang di negeri Shu menjadi sangat khawatir, karena pada anggapan mereka, kekuatan militer mereka yang tidak sampai 10 ribu orang itu, mustahil dapat mempertahankan serangan tentara musuh yang jumlahnya begitu besar itu. Mereka juga tidak sempat mengerahkan pasukan dari kota-kota yang lain untuk datang. Situasi saat itu memang agak cemas.

Setelah berpikir dengan sungguh-sungguh, Zhuge Liang pun memerintahkan semua penduduk dan tentara mundur ke tempat yang aman, dengan membiarkan pintu gerbang kota terbuka, untuk menunggu kedatangan musuh. Tidak lama kemudian, militer Sima Yi pun berhasil mengepung seluruh kota itu. Namun, mereka sangat heran ketika melihat pintu gerbang itu terbuka, dan tidak ada seorang prajurit pengawal pun di atas tembok kota. Tatkala itu, tiba-tiba muncul seorang pria di atas tembok kota itu. Dialah Zhuge Liang, pesaing yang hebat kepada Sima Yi sejak sekian lama. Zhuge Liang membereskan bajunya dulu, lalu duduk sambil memainkan Guqin, yaitu sejenis alat musik kutipan tradisional China. Musik yang dikeluarkan agak lembut, dan sangat merdu didengar. Kondisi tersebut membuat tentara Wei tercengang-cengang. Mereka tidak mengerti maksud sebanar Zhuge Liang melakukannya.

Tindakan Zhuge Liang itu juga di luar anggapan Sima Yi. Pada, pasti ada banyak tentara yang bersembunyi di dalam kota itu untuk disergap mereka. Tatkala itu, irama musik yang dimainkan oleh Zhuge Liang itu tidak lembut lagi. Ia semakin kompak dan bertenaga, terdengar seolah-olah badai akan melanda. Sima Yi menganggap irama itu sebagai sinyal yang diberikan oleh Zhuge untuk mengerahkan pasukannya melancarkan serangan balasan terhadap mereka. Jadi, dia segera memerintahkan tentaranya supaya mundur dari kawasan tersebut. Dengan demikian, daerah strategis negeri Shu itu berhasil dipertahankan tanpa mengorbankan satu nyawa pun.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.