Thursday, September 10, 2015

Indonesia akan memperkuat sistem persenjataan di kepulauan Natuna

Indonesia akan memperkuat sistem persenjataan di kepulauan Natuna guna mengantisipasi ancaman di masa depan dari sengketa Laut China Selatan.

Natuna, terletak 550 kilometer timur dari Pulau Batam, berbatasan Indonesia, Vietnam, Kamboja dan Malaysia. Pulau ini di perbatasan Indonesia yang terdekat dengan Laut China Selatan.

"Kami akan melengkapi Natuna dengan port dan memperpanjang landasan pacu pangkalan udara militer. Runway harus cukup untuk menampung empat pesawat tempur," Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan kepada wartawan.

Dia menambahkan bahwa jet tempur lebih akan ditempatkan di pangkalan udara militer TNI Ranai di Natuna.

Menteri pertahanan telah membuat daftar sistem persenjataan yang dibutuhkan untuk perbatasan, mengatakan memiliki sistem persenjataan yang tepat di sepanjang perbatasan itu diperlukan untuk mencegah kemungkinan ancaman terhadap wilayah Indonesia.

"Kami tidak dalam situasi perang, namun Laut China Selatan sangat dekat dengan kita. Kita harus siap. Sistem persenjataan kami baik, tapi kita perlu menambahkan lebih [senjata], sehingga kita tidak perlu khawatir sepanjang waktu, "katanya.

Laut China Selatan adalah laut semi tertutup yang berbatasan dengan China, Vietnam, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Filipina, dan Taiwan.

Karena kedekatannya dengan begitu banyak negara, rumit, pertanyaan yang sering sensitif lebih yurisdiksi umum. Dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian perselisihan pulau karang  telah mengguncang hubungan antara China dan negara-negara lainnya.

Sebelumnya, Indonesia telah upgrade sebuah pangkalan angkatan laut (Lanal) di Pontianak, Kalimantan Barat, untuk menjadi Naval Base Utama (Lantamal), juga untuk mengantisipasi risiko yang sama dari perselisihan meletus di laut China selatan.

"[Kita harus] menjaga keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan, terutama dengan meningkatnya intensitas ancaman," kata KSAL Laksamana. Ade Supandi pekan lalu.

Selain mengalokasikan lebih sistem senjata ke Natuna, Kementerian Pertahanan mulai memeriksa kesiapan sistem senjata di semua batalyon Angkatan Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Inspeksi tersebut langsung diperintahkan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk menemukan kondisi sistem senjata.

"Kita harus tahu dari tentara yang senjata harus diganti atau diperbaiki," kata Menteri Ryamizard setelah melakukan inspeksi di tiga unit militer: Pasukan Khusus Angkatan Darat (Kopassus), Kavaleri Batalyon Yonkav 1/1 Kostrad dan Batalyon Infanteri Yudha Jaya di Jakarta.

Ryamizard mengatakan bahwa ia juga telah melaporkan audit sistem persenjataan kepada Presiden Jokowi dan sejauh respon yang cukup baik.

"Yang paling penting adalah untuk menjaga sistem persenjataan [bahwa kita telah membeli]. Senjata kami adalah merek baru dan pemeliharaan harus dilakukan secara serius," katanya.

Setelah diskusi panjang, termasuk perbandingan lima jenis pesawat tempur, kementerian juga memutuskan untuk mendapatkan jet buatan Rusia Sukhoi SU-35 untuk menggantikan jet tempur F-5 Tiger yang pensiun.

pembelian Sukhoi akan dilakukan secara bertahap tergantung pada kemampuan keuangan pemerintah.

"Kami ingin membeli satu skuadron, tapi kami menyadari [keuangan] situasi saat jadi mungkin [kami akan membeli] sekitar delapan [unit]. Jet akan semua merek baru dan memiliki senjata lengkap," kata Ryamizard.

Harga saat ini dari Sukhoi Su-35 diperkirakan US $ 65 juta./unit

Dilaporkan bahwa sebelum dipilih, Sukhoi SU-35 harus bersaing dengan empat jenis lainnya; yang buatan Amerika F-16 Block 60, Swedia buatan JAS-39 Gripen, Eurofighter Typhoon, sebuah kolaborasi antara Jerman, Italia, Spanyol dan Inggris, dan Rafale jet tempur buatan Prancis.

Ryamizard mengatakan selain membeli Sukhoi Su-35, Indonesia juga berencana untuk pengadaan pesawat Boeing dan helikopter Chinook dari Amerika Serikat.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.