Tuesday, March 6, 2012

Dari Nomaden menjadi Petani

Aliban dari etnis Kirkiz, beliau tinggal dan bermukim di daerah Sepaerbali, di Kirkiz Kezlesukerkiz, Xinjiang. Semua penduduk di sini adalah penggembala ternak yang merupakan pilar utama ekonomi di desa ini.


Namun sejak Industri pertanian di desa ini didirikan pada tahun 2010. Aliban adalah salah satu dari 37 keluarga penggembala kelompok pertama yang pindah dari padang rumput di dataran tinggi.(dari hidup Nomaden menjadi hidup menetap sebagai petani) "Memulai hidup yang baru bukan hal mudah bagi saya yang berumur 40 tahun." Katanya. Dengan bantuan teknisi, Aliban mengusahakan dua kebun sayuran yang luasnya 1.200 meter persegi. Satu kebun ditanami tomat, dan satu lagi ditanami lobak. Meskipun kebun sayuran dan benih disediakan oleh pemerintah setempat secara gratis, namun karena kurang pengalaman, Aliban dan penggembala yang lain hampir tidak memperoleh sedikit pun pendapatan pada tahun pertama. Ada teman-temannya yang mau mencari rezeki dengan cara yang lain, namun Aliban permanen dengan kebun sayur. Pada tahun 2011, beliau memperoleh pendapatan sebesar RMB 7.000.(7 jutaan) dari hasil usaha Tani.
Setelah berubah dari penggembala ke petani, Aliban semakin menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Menurutnya, "Tomat ini ditanam pada bulan Juni, saya tidak menggunakan pupuk, namun mutunya sangat baik.

Aliban kini menjadi "pembantu teknik" untuk penggembala yang lain. "Kini, saya sudah menguasai teknik menanam tomat. Ada banyak buku yang memperkenalkan teknik tanaman di perpustakaan Kabupaten. Saya tertarik membaca buku di sana pada waktu luang."

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.