Tren perbaikan ekonomi China telah mendorong pemulihan perdagangan dan kebutuhan investasi negara-negara Asia Tenggara pada paruh pertama tahun ini, khususnya di bidang investasi langsung dan ekspor.
Menurut data terbaru yang diumumkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia baru-baru ini, pada 3 triwulan pertama tahun 2017, Indonesia menyerap modal asing sejumlah 23,6 miliar dolar Amerika, dan investasi dari Daratan China terus mempertahankan posisi 3 besar. Menurut laporan terbaru Bank Indonesia, laju pertumbuhan investasi langsung negera asing di sektor bisnis elektronik merupakan sebuah highlight. Perusahaan penyedia layanan transportasi melalui aplikasi ponsel, seperti Tencent dan Drip Trip dari China terus memperbesar investasinya di Indonesia. Berkenaan itu, Ketua BKPM Thomas Lembong menyatakan, proporsi investasi bidang teknologi dalam investasi asing langsung semakin besar sehingga telah menciptakan banyak kesempatan kerja baru.
Ramalan pasar internasional terhadap ekonomi utama di dunia termasuk China cenderung bai. Mereka berpendapat bahwa ekonomi banyak negara-negara berkembang di Asia termasuk Indonesia berkemungkinan besar terus mempertahankan pertumbuhan stabil. Tim analis Bank Pembangunan Asia (ADB) secara umum berpendapat, terdampak tren perbaikan ekonomi China, berbagai negara dan daerah di Asia berkesempatan untuk mempercepat restrukturisasi, mengoptimalkan struktur produktivitas, dan menggenjot investasi proyek infrastruktur, sehingga dapat mempertahankan arah pengendalian makro yang tepat, sekaligus mengembangkan potensi pembangunan dalam jangka menengah dan panjang.
Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia berpendapat, ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan masing-masing berpengharapan merealisasi pertumbuhan 5,1 persen dan 5,3 persen. Penanggung-jawab Kantor Perwakilan ADB di Indonesia menunjukkan bahwa dilatarbelakangi ekonomi global yang masih dipenuhi begitu banyak unsur ketidak-pastian, pertumbuhan ekonomi China yang stabil merupakan faktor menguntungkan dalam upaya mempertahankan kestabilan dan keseimbangan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kepala Kantor Riset Bank Mandiri menyatakan, ekonomi China tumbuh dengan stabil dalam beberapa triwulan ini, hal ini berperan menggenjot perdagangan langsung dan investasi antara China-Indonesia. Selain itu, hubungan ekonomi dan dagang antara China dan negara ASEAN lainnya juga mendatangkan dampak positif bagi Indonesia, misalnya, volume impor minyak sawit China dari Malaysia memiliki kaitan erat dengan ekspor sawit Indonesia ke Malaysia.
Mengenai dampak positif ekonomi China terhadap Indonesia, pemerintah Indonesia lebih optimistis dibandingkan lembaga moneter internasional. Dalam revisi APBN 2017, pemerintah Indonesia mengoreksi target laju pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun menjadi 5,17 persen. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Bambang Brodjonegoro berpendapat, terdampak perbaikan kondisi ekonomi eksternal, performa ekonomi Indonesia pada paruh kedua tahun ini akan ikut membaik, laju pertumbuhan ekonomi tahun ini melampaui ramalan ADB dan Bank Dunia, yaitu 5,1 persen.
Wakil Ketua Deputi V Bidang Industri dan Perniagaan Indonesia Edi Putra Irawady menyatakan, seiring dengan kemajuan pembangunan Satu Sabuk Satu Jalan, Indonesia akan menyerap lebih banyak investasi dan kapasitas produksi unggulan dari China. China diharapkan memperbesar investasi di bidang manufaktur, logistic dan bisnis elektronik. Di samping itu, Industri pariwisata Indonesia juga akan mendapatkan dampak positif. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, rata-rata pengeluaran wisawatan China sekitar 2 ribu dolar per orang, lebih tinggi daripada wisatawan dari negara-negara maju seperti Jepang dan Australia.









0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.