Kesepakatan bisnis perfilman antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat China berakhir hari ini. Hal ini membuka jalan bagi putaran baru perundingan yang bisa menandai kesepakatan besar pertama antara dua raksasa negara ekonomi, di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Mengutip dari CNBC, kesepakatan bisnis film AS dan China, sebelumnya dilakukan oleh mantan Wakil Presiden Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping pada 2012. Dengan kemungkinan kesepakatan baru maka kuota film AS ke China akan naik menjadi 34 film per bulan dari sebelumnya 20.
Koran Partai Komunis China, Global Times, mengatakan sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, mereka berniat menaikkan kuota. China ingin menambah selusin film. Produsen film AS pun bisa mendapat pendapatan tambahan 40% dari penjualan tiket bioskop, sama dengan apa yang mereka dapat dari pasar luar negeri lainnya. Ini meningkat dari 25% yang mereka dapatkan di China saat ini.
“Ada banyak kepentingan di sisi China untuk meningkatkan jumlah film-film Hollywood,” ujar Aynne Kokas, asisten profesor studi media di Universitas Virginia, AS, kepada CNBC. Dan kuota itu melebihi kesepakatan lima tahun lalu.
Hubungan AS dengan China pun mulai melunak, ketika Trump dan Xi berhubungan telepon pada pekan lalu. Trump sekapat untuk menghormati kebijakan lama AS yang mengakui “satu China”. Kebijakan ini dianggap pertanda baik bagi hubungan kedua negara.
“Dan ini ada potensi meningkatkan perdagangan di kedua sisi dengan negosiasi ulang perjanjian film,” kata Kokas.
Menurut data dari pelacak box office EntGroup, penjualan tiket bioskop di China pada tahun lalu naik 3,2% menjadi 45,3 miliar yuan atau USD6,6 miliar. Itu meningkat hampir 50% dari pertumbuhan tahun 2015.
Merunut dari Reuters, Hollywood pun optimistis dengan prospek pasar Asia Timur. Mereka berniat menambah pendapatan USD1,8 miliar dari penjualan tiket atas 20 film terlaris Hollywood pada 2016.
Kolaborasi Hollywood dengan China dalam film The Great Wall yang dibintangi Matt Damon meraih sukses besar bagi penonton China. Meski film tersebut bisa dikatakan film domestik rasa Hollywood.
Sementara itu di China, mereka selalu mengedepankan budaya negeri sendiri dalam membuat film-film kendati berkolaborasi dengan asing. Sedangkan studio Hollywood tidak mempermasalahkan. Mereka hanya ingin memperluas box office mereka. “Sedangkan perusahaan China memiliki banyak tanggung jawab untuk melindungi budaya mereka,” kata Kokas
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.