Pertemuan Informal Pemimpin ASEAN-AS yang diselenggarakan Presiden AS Barack Obama kemarin digelar di Negara Bagian California, AS. Pertemuan itu dianggap sebagai bagian penting dari strategi penyeimbangan kembali di kawasan Asia-Pasifik yang sedang dijalankan AS.
Analis berpendapat, dalam pertemuan informal itu, Barack Obama tidak memiliki harapan berlebihan untuk mencapai sebuah persetujuan konkret dengan ASEAN. Tujuannya adalah mendatangkan "kepercayaan" kepada negara-negara bahwa strategi baru Asia yang diluncurkan AS bukan hanyasekedar omongan saja. Selain itu, AS juga akan membawa masalah-masalah sensitif, untuk mencari tahu pendirian negara-negara ASEAN.
Ketua Institut Strategi Kamboja Chheang Vanarith berpendapat, masalah Laut China Selatan kemungkinan besar akan dilibatkan dalam pertemuan tersebut. Dia menekankan, ASEAN tidak memiliki kuasa untuk mengintervensi perselisihan antara negara internal ASEAN maupun dengan negara di luar ASEAN. Dialog dan perundingan antara negara-negara terkait merupakan solusi terbaik untuk memecahkan perselisihan sekaligus mengendalikan persengketaan di kawasan Asia.
Pakar masalah China dari Universitas Harvard AS W.C.Kirby berpendapat, setiap peserta negara ASEAN dalam pertemuan ini memiliki hubungan menyeluruh, bahkan hubungan erat dengan China. Maka pertemuan kali ini tidak mungkin menjadi "pertemuan anti-China".
Bagi pemimpin ASEAN yang menghadiri pertemuan kali ini, hal-hal yang lebih penting adalah bagaimana mendatangkan kepentingan riil kepada negara masing-masing melalui pertemuan dengan Barack Obama.
Malaysia dan Indonesia berharap bisa meningkatkan kerja sama anti-teror dengan AS, dan juga mengambil sikap lebih pragmatis mengenai kerja sama ekonomi dan perdagangan.
Thailand bermaksud memperbaiki hubungan negara-negara barat dengan pemerintah militer Thailand.
Sedangkan Kamboja ingin selekasnya memperbaiki hubungan dengan AS melalui pertemuan kali ini.
Analis geopolitik Tony Cartalucci yang menetap di Thailand dalam artikelnya menunjukkan, Thailand, Indonesia, Malaysia, Laos dan Myanmar sama-sama menghadapi tantangan politik , kesulitan ekonomi dan ancaman teroris yang berbeda. Bagi negara-negara tersebut, tugas urgen adalah memecahkan masalah domestik masing-masing, sedangkan mekanisme keamanan regional dan Persetujuan Kemitraan Trans Pasifik (TPP) yang diluncurkan AS tidak bermanfaat bagi pemecahan masalah tersebut.
CRI
Thursday, February 18, 2016
Masalah Sensitif Sulit Peroleh Dukungan Koletif ASEAN
Related Posts:
Joint Venture Dongfeng China dan Renault Prancis Perusahaan Pembuat mobil China Dongfeng dan Perusahaan Mobil Perancis Renault akan mendirikan perusahaan patungan untuk memproduksi kendaraan multi -fungsi dan mesin, total investasi untuk joint venture telah mencapai… Read More
Roket Long-March 6Roket Long March 6 atau Chang Zheng 6 disingkat LM-6adalah roket berbahan bakar cair yang dikembangkan oleh China Aerospace Sains dan Teknologi Corporation dan China Academy of Launch Vehicle Technology, dan dijadwalkan… Read More
Pusat perbelanjaan bebas Bea di Kashgar-Xinjiang Kashgar akan mulai membuka pusat belanja bebas bea pada tahun 2015 untuk menjadikan wilayah Xinjiang sebagai pusat perdagangan di Asia Tengah. Toko bebas bea akan dibuka dengan luas 100.000 meter persegi, pemerintah s… Read More
Kapal Riset China menuju samudera Hindia Kapal Riset Dayang Yihao (Samudera No 1) berangkat dari kota Sanya provinsi pulau Hainan, untuk melakukan misi eksplorasi kelautan di samudera Hindia, Pelayaran yang akan berlangsung selama 180 hari dan mencakup 19.000 mil … Read More
Perusahaan China bangun Generator Nuklir terbesar 1.750MW Dongfang Electrical Machinery Co Ltd ( DFEM ), perusahaan produsen peralatan pembangkit listrik utama China, telah menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir kapasitas 1.750 MW dan mulai mengangkut gen… Read More
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.