Kementerian Pertahanan Korea Selatan menegaskan bahwa penandatangan kesepakatan kelompok kerja bersama tentang penempatan sistem Pertahanan Area Terminal (THAAD Terminal High Altitude Area Defense ) dengan Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan diadakan kemarin ditunda. Media Korea Selatan berpendapat bahwa penundaan tersebut mungkin terkait dengan pertimbangan diplomatik kedua negara.
Setelah Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) atau Korea utara meluncurkan tes nuklir yang keempat pada awal tahun ini, Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye menyatakan bahwa negaranya akan mempertimbangkan penempatan sistem THAAD oleh tentara AS. Menyusul peluncuran satelit oleh DPRK pada 7 Februari lalu, Kementerian Pertahanan Korea Selatan memulai negosiasi penempatan sistem pertahanan tersebut serta pembentukan kelompok kerja bersama dengan AS. Namun, juru bicara kementerian tersebut, Moon Sang-gyun memberitahu media kemarin bahwa penandatangann perjanjian itu ditunda.
"Sekarang negosiasi tentang isi perjanjian itu telah memasuki tahap akhir, tetapi koordinasi masih perlu dilakukan.." Dia juga membantah penundaan penandatanganan perjanjian itu ada hubungannya dengan diskusi antara China dengan AS.
Meskipun pemerintah Korea Selatan telah beberapa kali menekankan pentingnya penempatan sistem pertahanan bersangkutan, namun sebagian rakyat negara itu menentang keputusan tersebut. Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (PSPD), Park Jung-eun mengatakan,
"Penempatan sistem THAAD tidak sesuai dengan kepentingan Korea Selatan dari setiap hal, dan akan membawa kerugian kepada negara ini dari segi militer, diplomatik, ekonomi dan lain-lain".
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menegaskan kemarin, penempatan sistem anti-rudal THAAD hanya menargetkan DPRK. Namun, tindakan AS yang giat mendorong penempatan sistem tersebut di Korea Selatan ditentang keras oleh pemerintah China, Rusia dan golongan ahli dan sarjana dari Korea Selatan sendiri. Analis berpendapat bahwa penempatan sistem THAAD menargetkan tidak hanya DPRK, tetapi juga China dan Rusia. Tindakan itu kemungkinan besar mengakibatkan perlombaan senjata dan membuat situasi di Semenanjung Korea semakin buruk.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.