Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), lembaga think tank militer dunia, menyebutkan sepanjang 2011-2015, ekspor persenjataan China mencapai dua dua kali lipat. Sementara impor senjatanya turun hingga 25% bila dibandingkan periode lima tahun sebelumnya.
Lalu, negeri Tirai Bambu ini menyumbang 5,9% dari total ekspor senjata global 2011-2015. Kendati demikian, persentase ini masih jauh di belakang AS dan Rusia, di mana masing-masing 28% dan 27%. Namun, China menyalip Perancis dan Jerman yang berada di urutan empat dan lima.
Menurut Siemon Wezeman, Peneliti Senior SIPRI, seperti dilansir dari situs Channel News Asia, Senin, 22 Februari 2016, ekspor alutsista China tumbuh 88% pada 2011-2015 dibandingkan dengan sebelumnya jangka waktu lima tahun.
"Pada 10 tahun lalu, mereka (China) hanya mampu menjual peralatan militer berteknologi rendah. Tapi sekarang sudah berubah," ungkap Wezeman.
Ia juga mengatakan, alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang diproduksi China saat ini jauh lebih maju dari sepuluh tahun yang lalu, dan hal ini mampu menarik perhatian beberapa pasar yang terbiasa membeli alutsista dari AS, Rusia dan bahkan Eropa.
Tak bisa dipungkiri, China telah menginvestasikan miliaran yuan dalam mengembangkan industri persenjataaan dalam negerinya untuk mendukung ambisinya menjadi kekuatan militer utama di Laut China Selatan dan Samudera Hindia.Asia dan Oseania
Berdasarkan data SIPRI, China menggelontorkan anggaran militer pada 2015 lalu sebesar adalah 886,9 triliun yuan (£98,19 triliun), meningkat 10% dari 2014.
China pun, Wezeman melanjutkan, memiliki strategi dalam menjual alutsista ke pasar luar negeri, yakni teknologi tinggi tapi berbiaya rendah.
"Sebagian besar ekspor senjata China ke negara di Asia dan Oseania. Tapi, Pakistan sebagai salah satu importir besar China yang mencapai 35%. Diikuti Bangladesh dan Myanmar," paparnya.
Tak heran mengapa Pakistan begitu 'ketagihan' dengan militer China. Pasalnya, 'saudara' India ini merupakan sekutu utama China di kawasan Asia Selatan. Dengan demikian, kata Wezeman, hubungan militer keduanya sangat erat. Terlebih lagi, Pakistan dan India sering berstitegang akibat konflik Kashmir.
Namun begitu, Wezeman melihat, saat ini China belum 100% mampu mengekspor alutsistanya. Mereka masih perlu mengimpor senjata seperti pesawat angkut besar serta mesin untuk pesawat, kendaraan dan kapal.
"Dan kita semua mengetahui kalau China dan Rusia berlaliansi. Tahun lalu, keduanya menandatangani kesepakatan kerja sama militer pembelian sistem pertahanan udara dan satu skadron jet tempur dari Rusia. Saya rasa China tidak mempermasalahkan biaya karena ekonomi mereka kedua terbesar di dunia setelah AS," kata Wezeman.
Thursday, February 25, 2016
Dalam lima tahun ekspor senjata China mencapai dua dua kali lipat.
Related Posts:
China berencana meluncurkan roket Long March-5 Y3, pada akhir 2018 China berencana meluncurkan roket pengangkut berat, Long March-5 Y3, pada akhir 2018, setelah menemukan penyebab kegagalan Long March-5 Y2, menurut Administrasi Negara Sains, Teknologi dan Industri untuk Pertahanan Nasional… Read More
China pamerkan aneka senjata di MalaysiaPerusahaan pertahanan China menghadiri Defense Services Asia, yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 16-19 April 2018. … Read More
Memory : 40 tahun lalu ketika Presiden Xi mengunjungi Hainan Foto menunjukkan Xi Jinping dan ayahnya Xi Zhongxun, ketua Partai saat itu di provinsi Guangdong, di Hainan, yang saat itu menjadi bagian dari provinsi Guangdong, pada tahun 1979. Xi adalah seorang mahasiswa di Universitas … Read More
Perusahaan China pamerkan sistem pertahanan lepas pantai Perusahaan pertahanan China menghadiri Defense Services Asia, yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 16-19 April 2018. … Read More
Perusahaan China pamerkan amunisi pintar Perusahaan pertahanan China menghadiri Defense Services Asia, yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 16-19 April 2018. … Read More
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.