Indonesia ajak pengusaha China bangun Smelter di Indonesia

Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo dengan didampingi oleh Dirjen Kelistrikan dan Direktur Pengusahaan Mineral telah melakukan kunjungan ke Beijing untuk melakukan penjajakan investasi dari RRC di bidang smelter dan energi. Selama berada di Beijing, Wamen ESDM telah melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden China Power Investment, Mr. Yu Dehui.

Dalam kesempatan tersebut, Wamen ESDM menyampaikan penjelasan mengenai kebijakan Indonesia di bidang energi, mineral dan batu bara. Dalam bidang minerba, disampaikan bahwa Pemerintah Indonesia telah memberlakukan UU No. 4 tahun 2009 mengenai pelarangan ekspor raw materials (bauksit, nikel, biji besi, mangan, timah, dan copper) mulai tanggal 12 Januari 2014. Sesuai aturan ini, setiap perusahaan pertambangan di Indonesia harus membangun smelter, serta memproses raw materials tersebut di dalam negeri.

Dalam kaitan inilah, Wamen ESDM mengharapkan agar CPI sebagai BUMN RRC yang telah berpengalaman di bidang smelter dapat mendirikan pabrik serupa di Indonesia. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia siap memberikan berbagai fasilitas yang mendukung CPI untuk membangun pabrik smelter di Indonesia. Beberapa fasilitas yang diberikan tidak hanya terbatas pada tax holiday, tax allowance, namun juga menyediakan bantuan untuk investor termasuk apabila ada hambatan dalam koordinasi jangka panjang.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden CPI menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik permintaan tersebut, namun demikian mengingat pembangunan smelter memerlukan investasi yang besar, maka CPI akan mengkaji rencana tersebut. CPI merupakan perusahaan penghasil listrik tenaga surya terbesar di RRC, dan mempunyai perusahaan smelter aluminum dan alumina refinery dengan kapasitas yang masing-masing mencapai 2,89 juta dan 2,6 juta/tahun.

Sebelum melakukan pertemuan di Beijing, Wamen ESDM juga berkesempatan melakukan peninjauan smelter plant milik CPI di Chengdu, Provinsi Sichuan.