Demonstrasi besar-besaran anti Jepang di China |
Protes anti jepang di Qingdao |
Protes para demonstran di depan kedubes Jepang di Beijing dengan membawah bendera China dan taiwan |
Pembakaran mobil jepang di depan Bell Tower Hotel di kota Xian |
Demo Damai anti jepang di Chongqing dengan latar bendera Taiwan |
Pabrik panasonic di Qingdao yang juga dibakar oleh massa |
Departemen Store Heiwado di Changsa Hunan dibakar masa |
Show room mobil Toyota di Qingdao yang dibakar |
Penuturan seorang Warga jepang.
"Saya tidak akan pergi ke mana-mana hari ini. Lebih baik minta pacar datang besok untuk menemani saya sepanjang hari," kata Sayo Morimoto kepada kantor berita Reuters Senin, 17 September 2012. Bersama warga Jepang lainnya di China, Sayo tengah mengkhawatirkan keselamatan dirinya.
Mahasiswi berusia 29 tahun itu sedang menempuh pendidikan pascasarjana di suatu universitas di Shenzhen, kota bagian selatan China. Dia was-was atas merebaknya sentimen anti Jepang oleh sebagian rakyat di China. Kini, dia mengandalkan pacarnya --kebetulan warga China, untuk menjaga dirinya.
Dalam satu pekan terakhir, sentimen anti Jepang di China kian menjadi-jadi. Di beberapa kota, para warga China berdemonstrasi di depan kantor diplomatik maupun kantor kepentingan usaha milik Jepang untuk mengecam langkah Tokyo, yang Selasa pekan lalu membeli kepulauan yang masih dipersengketakan dengan Beijing.
Kumpulan pulau tak berpenghuni di Laut China Timur itu, yang dibeli Tokyo dari pihak swasta --yang juga warga Jepang, bernama Senkaku. Bagi China, kepulauan itu mereka sebut Diaoyu.
Sentimen anti Jepang di China itu tidak saja diungkapkan dengan aksi protes massa di jalan. Muncul beberapa laporan kekerasan pekan lalu, yang terjadi di sedikitnya lima kota. Ada mobil-mobil buatan Jepang dibakar oleh pemrotes. Ada pula pabrik milik perusahaan Jepang yang diserang.
Tidak hanya itu, warga Jepang di China pun khawatir akan keselamatan mereka. Ini jelas sudah diutarakan oleh Sayo, yang selama Senin hingga Selasa pekan ini tidak mau keluar dari asrama karena bisa menjadi sasaran kemarahan buta dari warga setempat soal isu politik.
Para ekspatriat Jepang di China juga makin khawatir. Banyak sekolah Jepang di penjuru China, termasuk di Bejing dan Shanghai, sudah meliburkan para guru dan murid karena memanasnya situasi akibat protes sentimen anti Jepang.
"Ada begitu banyak orang, dan belum pernah saya menyaksikan yang seperti ini. Sangat mengerikan," kata Kayo Kubo, warga Jepang yang mengikuti suaminya bekerja di Kota Suzhou, China.
Pemerintah Jepang pun memberi peringatan kepada semua warganya di China. Pasalnya akan ada lagi aksi protes besar-besaran pada Selasa, 18 September 2012, di banyak kota. Bahkan, dikhawatirkan skala unjuk rasa bisa lebih besar lagi mengingat hari ini pemerintah China memperingati secara resmi Penjajahan Jepang di sebagian wilayah mereka beberapa puluh tahun lalu.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.