Monday, June 5, 2017

"36 Taktik Peperangan" Berteman dengan Negara Jauh dan Menyerang Negara Tetangga

36 Taktik Peperangan merupakan sebuah buku yang di dalamnya terkandung 36 taktik perang yang digunakan pada zaman kuno di China dan diwarisi sampai hari ini. Taktik-taktik perang yang terkandung di dalam buku itu telah digunakan di China dalam jangka waktu yang panjang dan telah menjadi inti kebudayaan tradisi China. Pada saat ini, "36 Taktik Peperangan" telah disesuaikan untuk strategi dalam berbagai bidang, diantaranya meliputi politik, diplomasi, ilmu manajemen, perdagangan dan lain-lain.

Dalam "36 Taktik Peperangan" tidak banyak bagian yang menjelaskan tentang teori perang, sebaliknya kandungannya lebih difokuskan pada praktek praktis strategi perang.

"36 Taktik Peperangan" merupakan rumusan buah pikiran anggota militer yang terunggul pada zaman kuno Tiongkok. Setiap taktik memiliki tujuan yang jelas dan bersifat praktis. Kebanyakan taktik tersebut lebih mementingkan perubahan tindakan yang tidak diharapkan saat bertempur dengan musuh. 36 Taktik Peperangan diketahui oleh umum melalui berbagai cara. Ada taktik yang dikenal dengan nama judul opera, peribahasa atau peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah China. Dengan demikian, orang lebih mudah untuk memahami teori dan ilmu militer yang terkandung di dalam buku itu.

Taktik "Berteman dengan Negara Jauh dan Menyerang Negara Tetangga" berasal dari satu pertempuran yang terkenal dalam sejarah China.

Pada abad ke-3 SM, China berada dalam Periode Negara-negara Berperang. Tatkala itu, konflik antara berbagai negara terjadi dari waktu ke waktu. Demi kepentingan masing-masing, mereka terkadang saling bersekutu, kadangkala saling bermusuhan pula, dan ini menyebabkan situasi menjadi sangat rumit. Negeri Qin yang terletak di bagian barat laut China adalah antara negara yang paling cepat berkembang pada masa itu. Maka negeri itu mulai merencanakan untuk merebut kekuasaan negara-negara yang lain dan bercita-cita untuk menyatukan China pada akhirnya. Pada saat itu, Negara Qi yang terletak di bagian timur China juga merupakan sebuah kekuatan besar. Raja Negeri Qin awalnya memang berniat menghapus Negeri Qi yang jauh di timur karena khawatir akan kemungkinan terjadinya konflik dengan Negeri Qi untuk merebut kekuasaan pemerintahan seluruh China pada suatu hari nanti. Namun, penasihat raja Qin, Fan Sui membantah rencana baginda itu. Fan Sui berpendapat bahwa perjalanan dari Negeri Qin ke Negeri Qi terlalu jauh dan akan melalui Negeri Han dan Negara Wei. Tindakan untuk menyerang Negeri Qi membutuhkan pengerahan tenaga sejumlah besar tentara, baru mungkin tentara negeri itu dapat dikalahkan. Akan tetapi, jika mereka melakukannya, pertahanan di wilayah Negeri Qin akan menjadi lemah, dan ada risiko ibu kota mereka sendiri diserang oleh negara yang lain dalam periode tersebut. Fan Sui menyarankan bahwa serangan terhadap Negeri Han dan Negeri Wei yang bertetangga dengan Negeri Qin patut dilaksanakan sebelumnya, dan ancaman Negeri Qi ditangani kemudian. Dalam pada itu, untuk mencegah ketiga negara tersebut memiliki hubungan afiliasi, Negeri Qin patut mengambil inisiatif untuk bersekutu dengan Negara Qi dahulu.

Raja Negeri Qin berkenan menerima rekomendasi Fan Sui dan melaksanakan kebijakan berteman dengan negara yang terletak jauh dari kawasan yaitu Negeri Qi dan Negara Chu. Sementara itu, militer Negeri Qin telah menduduki beberapa buah negeri kecil yang dekat dan sekaligus menyatukan bagian barat laut China. Selanjutnya pemerintah Qin telah menghapus Negeri Chu di selatan dan Negara Qi di timur dan akhirnya menyatukan China. Dengan itu, Kaisar Qin Shihuang telah mendirikan rezim pemerintah pusat yang pertama dalam sejarah China.

Dalam buku "36 Taktik Peperangan", penjelasan tentang taktik "Berteman dengan Negara Jauh dan Menyerang Negara Tetangga" berbunyi begini: ketika sesuatu sasaran militer susah dicapai karena diblokir oleh geografinya, kita patut menyerang musuh yang dekat dahulu dan tidak menyerang sasaran yang berlokasi jauh dari kita itu. Untuk mencegah musuh-musuh menjalin hubungan afiliasi, kita harus menggunakan cara apapun untuk memecahkan mereka kepada faksi-faksi, sehingga kita dapat menghapus mereka satu demi satu pada suatu hari nanti. Jika diteliti, berteman dengan negara jauh sebenarnya merupakan satu taktik menunda, agar ada waktu dan tidak berperang dengan terlalu banyak musuh sekaligus. Setelah kita menghilangkan musuh di sekitar kita, teman yang jauh pula menjadi target baru kita. Penjelasan tambahan terhadap taktik tersebut berbunyi, dalam situasi yang rumit, berteman dengan musuh di sekitar kita sangatlah bahaya karena kita selalu terkena ancaman mereka dan mudah pula diserang oleh mereka. Maka, kita harus menghapus ancaman yang tersembunyi di sekitar kita dahulu sebelum menyerang target yang lebih jauh.

Taktik "Berteman dengan Negara Jauh dan Menyerang Negara Tetangga" dapat dikatakan bersifat tipu daya, dan hoax itu mudah diketahui atau disadari oleh manusia. Dalam kondisi yang rumit yang melibatkan berbagai kekuatan politik dan militer yang saling bersaing, pengguna taktik ini mencapai kesuksesan karena dia mengetahui bahwa pasukan yang lain semuanya khawatir akan mengalami kerugian karena terlibat dalam peperangan terlebih dahulu, dan ingin aman untuk seketika. Bagi Negeri Qi yang kena tipu muslihat itu, mereka mungkin mengetahui cita-cita Negeri Qin di balik kebijakan berteman dengannya, tetapi mereka memilih untuk berteman juga dengan Negeri Qin karena tidak memiliki keyakinan untuk menewaskannya tatkala itu. Maka, Negara Qi memilih untuk membuat perjanjian damai sementara dari bermusuh dengan Negeri Qin.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.