Pada abad ke-6 Masehi, bagian utara China dikuasai oleh pemerintah Dinasti Sui. Bagian selatan China terdiri dari beberapa buah negeri yang kecil. Namun, negara-negara tersebut direbut satu demi satu oleh tentara pemerintah Sui, dan akhirnya, hanya tinggal negeri Chen saja.
Melihat situasi yang semakin tegang pada saat itu, suami Puteri Le Chang di negeri Chen, yaitu Xu Deyan, percaya bahwa negerinya akan mengalami nasib yang sama seperti negara-negara yang lain itu, dan jika ini terjadi dia pasti akan terpisah dengan istri yang begitu disayanginya itu. Jadi, dia mengambil sebuah cermin yang berbentuk bulat, dan membelah cermin itu menjadi dua potong. Sekeping disimpannya sendiri, dan sepotong lagi disimpan oleh istrinya. Mereka berjanji, jika benar-benar terpisah, mereka akan menjual cermin yang pecah itu di pasar di negeri Sui pada hari Cap Goh Meh, untuk mencarinya.
Tidak lama setelah itu, negeri Chen benar-benar ditumbangkan oleh negeri Sui. Xu Deyan terpaksa melarikan diri. Puteri Le Chang ditangkap oleh tentara Sui untuk dijadikan selir bagi Yang Su, seorang menteri senior di negeri tersebut.
Setelah mendapat berita bahwa istrinya berada di Daxing, ibu kota negeri Sui, Xu Deyan segera berangkat ke kota tersebut untuk menemukan istrinya.
Pada hari Cap Goh Meh yang dijanjikan itu, Xu Deyan yang berada di Daxing itu, tersandung seorang wanita yang menjual setengah potongan cermin di supermarket. Dia segera mengambil keluar cermin yang setengah lagi yang disimpannya, dan mencoba mencantumkannya dengan cermin milik wanitanya itu. Melihat kedua sisi cermin itu menyatu dengan baik menjadi bagian cermin yang lengkap tanpa cacat sedikit pun, Xu Deyan merasa sangat terharu. Namun, setelah diketahuinya bahwa istrinya sudah menjadi selir kepada seorang menteri senior yang bernama Yang Su, dia merasa sangat kecewa. Dengan hati yang penuh duka, dia menulis serangkap puisi pada cermin itu:
Hilangnya cermin perunggu bersama cinta hatiku,
Bertemu kembali cermin, di mana pula kekasihku.
Dewa Bulan tidak lagi terlihat,
Yang tinggal hanyalah cahaya bulan.
Wanita tersebut membawa pulang cermin itu, lalu diberikan kepada Puteri Le Chang. Setelah membaca puisi tersebut, putri itu menangis setiap hari karena terlalu rindu kepada suaminya. Menteri Yang Su merasa sangat kasihan kepadanya. Maka, dia meminta Xu Deyan datang untuk membawa pulang istrinya. Dengan demikian, pasangan yang telah mengalami begitu banyak derita itu, bertemu kembali, dan hidup dengan bahagia sampai ke akhir hayat mereka.
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Po Jing Chong Yuan" ini membawa arti pasangan suami istri yang bercerai atau terpisah akan menikah atau bertemu kembali.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.