Pada akhir Dinasti Qin, militer negeri Qin yang meluncurkan serangan besar-besaran terhadap negeri Zhao, tentara Qin telah mengepung tentara negeri Zhao tersebut di suatu tempat yang bernama Julu, yaitu di Kabupaten Pingxiang, Provinsi Hebei sekarang ini. Pada saat yang genting itu, raja negeri Chu segera memerintahkan dua orang hulubalang yang paling perkasa di negerinya, yaitu Song Yi dan Xiang Yu, sehingga memimpin kelompok tentara ke tempat tersebut untuk membantu negara Zhao.
Namun, setelah tiba di An Yang, yaitu di Kabupaten Caoxian, Provinsi Shandong pada saat ini, Song Yi tidak ingin maju lagi. Setiap hari, dia minum dan beristrahat saja. 46 hari sudah berlalu, namun, dia tidak menunjukkan keinginan untuk bertindak. Xiang Yu yang tidak dapat bertahan lagi dengan sikap Song Yi itu, merasa sangat marah dan kecewa sehingga dia membunuh Song Yi dengan alasan Song Yi telah melakukan pemberontakan.
Setelah Song Yi tewas, Xiang Yu pun memimpin tentara Chu untuk maju ke Julu. Setelah melintasi Sungai Kuning, tiba-tiba, Xiang Yu memerintahkan pasukannya supaya memecahkan semua panci yang dibawa mereka, dan menenggelamkan semua perahu yang ditumpangi mereka. Setiap orang diminta untuk hanya membawa makanan untuk kebutuhan tiga hari saja. Dia mengingatkan pasukannya bahwa nasib mereka tergantung pada pertempuran kali ini saja. Maka, mereka harus menang.
Tentara Xiang Yu mengerti bahwa perbuatan Xiang Yu tersebut adalah untuk memperkuat mereka sehingga mereka berjuang sampai ke titisan darah terakhir. Maka, dengan semangat perjuangan yang begitu berkobar-kobar, militer negeri Chu yang sudah tidak ada jalan untuk mundur itu pun Bertempurlah dengan militer negeri Qin dengan penuh keberanian. Setelah bertempur dengan sengit beberapa kali, akhirnya, mereka berhasil mengalahkan tentara Qin.
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Po Fu Chen Zhou" ini aslinya berarti sanggup berjuang sampai ke titisan darah terakhir karena tidak ada jalan untuk mundur lagi. Ia juga membawa arti, membangun etika yang kuat untuk mencapai sesuatu tujuan walau dengan cara apapun.
Thursday, February 26, 2015
Berjuang sampai ke titisan darah terakhir karena tidak ada jalan untuk mundur
Related Posts:
Kesalahan dan cacat harus diperbaiki sedini mungkin Bian Que adalah tabib yang paling tersohor di China pada zaman kuno. Menurut ceritanya, pada suatu hari, dia telah dipanggil ke istana untuk memeriksa kesehatan Raja Caihuangong. Setelah memeriksa dengan teliti, dia berkata… Read More
Cerita tentang Mozi dan Yunti Mozi hidup pada abad ke-5 sebelum Masehi. Pada zaman itu, China terdiri dari beberapa buah negeri. Diantaranya, negara Chu adalah negara yang besar, sementara, negeri Song pula adalah negeri yang agak kecil.Pada saat itu, s… Read More
Ungkapan untuk membedakan siapa yang benar-benar setia kepada negara dengan siapa yang membelot. Menurut ceritanya, Bian He, dari negeri Chu, telah mendapat sebuah batu giok, dari Gunung Chu. Dia terus menyerahkan giok itu kepada Raja Negeri Chu, yaitu Raja Liwang. Raja Liwang segera memanggil seorang tukang giok yang … Read More
Mengambil Anak Panah dengan Perahu Berjerami Menurut ceritanya, pada abad ketiga Masehi, negeri Wei, negara Shu dan negeri Wu merupakan tiga kekuatan yang terbesar di China. Ketiga negara tersebut saling bersaing untuk mengalahkan satu sama lain. Pada suatu ketika, ne… Read More
Taktik perang ala Zhuge Liang Menurut ceritanya, pada abad ketiga Masehi, negeri Wei, negara Shu dan negeri Wu merupakan tiga kekuatan yang terbesar di China. Pemerintah tiga negara tersebut saling bersaing untuk mengalahkan satu sama lain. Zhuge Liang … Read More
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.