Dalam hal teknologi informasi, China tengah menjadi rising star. Banyak kaum muda yang membangun perusahaan teknologi informasi, dan tidak sedikit yang sukses. Bahkan beberapa di antaranya masuk dalam daftar orang-orang terkaya di China, bahkan dunia.
Selain Ma ‘Pony’ Huateng, perkenalkan Robin Li. Usianya masih 44 tahun, tapi kekayaannya mencapai US$ 12,1 miliar atau lebih dari Rp 121 triliun. i China, Li merupakan orang terkaya ke-3. Sementara secara global, dia menempati peringkat ke-91.
Li merupakan sarjana dari Peking University. Kemudian dia melanjutkan kuliah ke State University of New York, Amerika Serikat. Bisnis Li yang paling mentereng adalah Baidu, situs pencari (search engine) nomor 1 di China. Baidu didirikan pada 2000 oleh Li dan kawannya, Eric Xu.
Kinerja Baidu sangat moncer. Saat ini Baidu menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar search engine di China.
Pada kuartal I-2014, pendapatan Baidu mencapai US$ 1,5 miliar, tumbuh 59 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba operasional naik 7 persen menjadi US$ 381 juta dan laba bersih naik 24 persen menjadi US$ 408 juta
“Fokus kami adalah mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar. Kami optimistis bahwa langkah-langkah yang akan kami lakukan akan mendorong pertumbuhan usaha yang lebih berkelanjutan di masa mendatang,” papar Li dikutip dari Forbes.
Li juga berpesan bahwa tidak mudah menaklukkan pasar China. Banyak perusahaan asing yang gagal di China karena tidak bisa memahami kondisi pasar.
Contohnya adalah Google. Siapa yang tidak kenal perusahaan ini? Namun karena tidak tahan dengan iklim bisnis di China, Google gagal total di China dan hengkang pada 2010.
“Perusahaan yang baik adalah yang bisa membumi. Jika Anda tidak memahami kondisi pasar setempat, akan sangat sulit untuk sukses,” kata Li seperti dilansir dari CNN.
Meski bisnis Baidu sampai saat ini masih kinclong, tetapi bukan berarti tanpa tantangan. Seperti dikutip BBC, Baidu bisa jadi korban dari kegemilangannya sendiri. Adalah pemerintah yang bakal jadi ‘musuh’ Baidu.
“Ada pepatah di China, bahwa paku yang paling tinggi akan kena palu. Jika Baidu menguasai 90-95 persen pangsa pasar, akan ada hadangan dari Beijing,” kata Duncan Clarke, pimpinan lembaga riset BDA China.
Ketika Baidu semakin dominan, lanjut Clarke, pemerintah akan merasa terusik dan bakal menerapkan berbagai sensor atas informasi yang tersedia di Baidu. Inilah yang terjadi pada Google dan membuat mereka angkat kaki.
Tanda-tanda ke sana sudah terlihat, di mana pemerintah membuat search engine yang diberi nama goso.cn. Jika Baidu semakin besar dan dianggap ‘berbahaya’, bisa jadi goso.cn yang akan menggantikan tempat mereka.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.