Sejalan dengan kemajuan perekonomian China dan proses reformasi dan keterbukaan yang terus berlangsung, berbagai pihak menyambut inisiatif Pemerintah RRC untuk terus mendorong pembangunan 'jalur sutra baru' guna mempercepat pembangunan ekonomi China di wilayah Barat dan memperkuat hubungan ekonomi China dengan negara-negara tetangganya di Asia dan Eropa, demikian salah satu kesimpulan dari pertemuan 'China Silk Forum 2013' yang diselenggarakan China International Exchange Association dan Cheng He Studies Institution di Beijing.
Pertemuan dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta yang antara lain adalah wakil dari Kedutaan Besar RI, Madagaskar, Kazakhstan dan Turki, akademisi, pengusaha konstruksi dan media massa. Hadir mewakili KBRI Beijing dan bertindak sebagai salah satu pembicara adalah Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Wisnu Edi Pratignyo.
Pertemuan diawali dengan presentasi singkat dari Cheng He Studies Institution mengenai ide dan perkembangan usulan pembangunan jalur sutra baru yang disampaikan Pemerintah RRC. Salah satu bentuk keseriusan RRC untuk membangun dan mengembangkan jalur sutra baru tampak ketika pada akhir Nopember 2013 lalu di sela-sela pertemuan Shanghai Cooperation Organization (SCO) di Tashkent, Uzbekistan, Pemerintah RRC bersama dengan Rusia dan Kazakhstan menandatangani perjanjian pembangunan jalan raya baru Asia-Eropa sepanjang 8.446 km yang membentang dari Provinsi Jiangsu di RRC bagian timur sepanjang 3.425 km, melewati wilayah Kazakhstan sepanjang 2.787 km, hingga ke St. Petersburg di Rusia sepanjang 2.233 km. .
Sementara itu, dalam paparannya KUAI RI menyambut baik rencana untuk menghidupkan kembali jalur sutra, khususnya jalur sutra laut sebagai salah satu upaya untuk mempererat hubungan ekonomi China dengan negara-negara di Asia Tenggara, terutama Indonesia. Belajar dari keberhasilan misi dagang lewat jalur laut yang dipimpin Laksamana Cheng He, Indonesia berharap bahwa konsep 'jalur sutra laut baru' yang digulirkan Presiden Xi Jinping pada September 2013 dan ditegaskan kembali saat kunjungannya ke Indonesia Oktober 2013, dapat diimplementasikan dalam bentuk langkah-langkah konkrit yang langsung diterjemahkan dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur jalur transportasi laut modern (inter-connectivity).
Pembangunan jalur sutra laut modern RI-RRC ini perlu dibangun dan dikembangkan di masa mendatang mengingat bahwa seluruh wilayah Indonesia hanya dapat ditempuh dari China melalui laut dan udara.
Pemerintah RI mengharapkan inisiatif yang diajukan Pemerintah RRC, seperti tercermin dalam Memorandum of Understanding between Indonesia and China on Integrated Industrial Park yang ditandatangani saat kunjungan Presiden RRC Xi Jinping ke Jakarta, 2-3 Oktober 2013, kiranya dapat segera diterjemahkan dalam proyek-proyek pembangunan dan pengembangan infrastruktur pelabuhan dan jalan raya di Indonesia, khususnya di kawasan Indonesia Timur. Langkah ini pada gilirannya diharapkan akan menghasilkan keuntungan ekonomi berupa peningkatan volume perdagangan, investasi dan pariwisata yang bisa memberikan keuntungan lebih besar dan nyata bagi rakyat Indonesia.
Dalam kaitan ini, Indonesia mengusulkan agar China dapat menghubungkan beberapa kawasan pelabuhan yang sedang dikembangkannya di selatan China seperti Provinsi Fujian dan Guangxi dengan beberapa kawasan pelabuhan di Indonesia, terutama di Indonesia bagian timur.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.