Monday, January 22, 2018

Laozi, Ahli Falsafah Paling Cemerlang di China (4)

"Cang Shou" berarti mengelola penyimpanan dan penyusunan buku sejarah dan dokumenter kuno. "Zheng Cang" berarti memungut bahan yang terkait dengan kondisi saat dalam masyarakat ketika itu. "Zhu Xia" berarti "di pangkal tiang" yang mengacu kepada Laozi yang diberi tanggungjawab mencatat perkataan raja dan pejabat kerajaan dengan bersandar ke tiang di ruang tengah istana.

Ketika menyaksikan Laozi begitu teliti menjalankan tugasnya di ruang tengah istana, beliau sangat menghargai kerja susah itu dan memungkinkan dia bersandar pada sebuah tiang sambil bekerja. Ini merupakan layanan khusus beliau kepada Laozi, sementara pegawai yang lain harus berdiri ketika bekerja dengan beliau.

Tidak lama setelah itu, baginda menitahkan pelayannya sehingga menempatkan sebuah meja untuk digunakan oleh Laozi di sebelah tiang itu. Dengan demikian, Laozi dikenal sebagai "Zhu Xia Shi" yang berarti pejabat yang menangani urusan sejarah yang bertugas di pangkal tiang. Tugasnya mencakup penelitian, penyusunan dan penyimpanan bahan sejarah.

Setelah diberikan pekerjaan yang sesuai dengan minat dalam bidang keilmuan, Laozi tidak hanya dapat belajar dari kitab sejarah yang begitu banyak jumlahnya, bahkan juga dapat mengumpulkan banyak bahan yang terkait dengan kondisi saat dalam masyarakat ketika itu.

Pada suatu ketika setelah itu, Pangeran Chao dan Pangeran Meng telah bertarung untuk merebut tahta. Setelah kalah dalam pertarungan itu, Pangeran Chao telah melarikan diri ke luar ibu kota dengan membawa semua bahan sejarah dan kitab kuno.

Laozi terpaksa menghentikan pekerjaan rutinnya dengan tidak adanya bahan sejarah itu, lalu kembali ke kampung halamannya.

Setelah Raja Jing pada zaman Dinasti Zhou naik takhta, Laozi disebut oleh beliau untuk bertugas kembali dalam pemerintah. Namun, periode layanan hanyalahdua tahun. Laozi terpercaya pensiun pada usia 70-an.

Pada masa jabatan Laozi dipulihkan, Konfusius pula ditunjuk oleh Raja Ding di Negeri Lu sebagai Pengetua County Zhongdu. Dia menyindir dirinya sendiri sebagai "belum menguasai teori hukum sosial, meskipun sudah berumur 51 tahun."

Setelah memulai tugasnya sebagai Kepala di County Zhongdu, Konfusius menemukan masyarakat di tempat itu kurang baik tatasosialnya. Gejala penduduk lokal pengganggu setelah minum dan mabuk sering terlihat.

Dengan demikian, Konfusius dan murid-muridnya, Nangong Jingshu, berangkat ke ibu kota Luoyang untuk meminta bimbingan dari Laozi tentang "kesantunan dan budi bahasa".

Laozi menjelaskan secara rinci kepada Konfusius dan murid-muridnya tentang "kesantunan dan budi bahasa pada zaman Dinasti Zhou." Kata beliau, "kesantunan dan budi bahasa" berfungsi membantu umat manusia membangun masyarakat yang aman, dan keamanan masyarakat akan terpengaruh tanpa pelaksanaan "kesantunan dan budi bahasa" itu. Maka, menurut dia, kita patut belajar tentang "kesantunan dan budi bahasa" yang dilihat sebagai penanganan yang bersifat harmonis terhadap diri sendiri.

Setelah mendengar penjelasan Laozi dengan penuh asyik, Konfusius rasa sangat terharu sampai menetes air matanya. Dia bertekad akan menyebarkan dan mengamalkan "kesantunan dan budi bahasa" setelah kembali ke kabupaten Zhongdu.

Ini membuktikan bahwa ajaran Konfusius dan Tao memiliki persamaan tertentu, tidaklah seperti yang dikatakan, yaitu kedua bertentangan sama sekali.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.