Dengan meningkatnya kerjasama internasional antara China dan negara-negara Afrika, semakin banyak orang China yang telah melakukan perjalanan ke benua tersebut dalam dekade terakhir. Banyak dari mereka melakukan perjalanan ke Afrika bersama perusahaan mereka untuk mengerjakan proyek seperti rel kereta api dan proyek infrastruktur lainnya, seperti telekomunikasi dan pengembangan properti. Yang lainnya memilih Afrika untuk berinvestasi di usaha kecil dengan harapan dapat menghasilkan kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri.
Meskipun sebagian besar orang China lebih memilih untuk tinggal di dalam kelompok budaya mereka sendiri dan memiliki kontak minimal dengan penduduk setempat, yang lain memilih untuk menjelajah dan membenamkan diri di komunitas lokal. Beberapa bahkan memilih untuk menikahi wanita/pria lokal dan menetap di Afrika tanpa batas waktu.
Perkawinan untuk pria di China bisa mahal jika dia menikah dengan keluarga tradisional. Dalam kasus tertentu, keluarga wanita akan mengharapkan hadiah rumah, mobil, dan pertunangan terkadang berkisar antara puluhan ribu yuan. Di Afrika, bagaimanapun, banyak budaya hanya membutuhkan karunia beberapa ekor sapi. Ini dilihat sebagai faktor pendorong di balik mengapa beberapa pria China lebih menyukai pengantin wanita Afrika.
Tantangan budaya perkawinan antar ras selalu ada, terlepas dari negara mana pasangan itu berasal. Dalam sebuah pernikahan China-Afrika, pasangan tersebut harus bersedia untuk mengalami perbedaan dalam gaya hidup, kebiasaan, makanan, bahasa, dan pandangan umum tentang kehidupan.
Di Afrika, tidak jarang mendengar orang Tionghoa berbicara dengan dialek Afrika tradisional, terkadang lebih baik daripada bahasa Inggris. Ada juga wanita Afrika saat ini yang bisa berbahasa Mandarin tanpa cela. Ini hanyalah salah satu hasil globalisasi, juga ditandai dengan penurunan rasisme dan intoleransi.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.