![]() |
Thomas Lembong |
Ia mengatakan, tingkat pengangguran AS pada tahun 2015 menurun sampai titik terendah sejak krisis moneter mengguncang dunia pada tahun 2008, ini menunjukkan bahwa ekonomi AS telah memasuki jalur rehabilitasi dan akan kembali mendongkrak pertumbuhan ekonomi global. Meskipun Pemerintah Trump menerapkan sejumlah kebijakan proteksionisme, tetap saja tidak dapat menghadang derasnya arus produk "Buatan Asia"; kedua, China tengah melakukan reformasi struktural sisi penawaran dan kini telah mencapai sejumlah prestasi yang sangat layak diakui. China berhasil mencegah keanjlokan harga produk industri besi, tembaga dan nikel selama 7 tahun berturut-turut. Dilatarbelakangi fenomena deglobalisasi dan proteksionisme yang semakin menjadi-jadi, bukanlah hal yang gampang untuk mencapai prestasi tersebut. Hal tersebut telah menyediakan ruang yang lebih besar kepada negara-negara terkait untuk menyelaraskan kebijakan moneter dan mata uang, dan mengintensifkan kerja sama saling menguntungkan pada tahap selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Thomas Lembong berpendapat bahwa unsur eksternal akan mendatangkan lebih banyak peluang dan dampak positif bagi ekonomi Indonesia.
Lembong mengatakan, selama dua setengah tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, sebanyak 14 "paket kebijakan" reformasi ekonomi dikeluarkan, dan telah mencapai kemajuan nyata di berbagai bidang, yakni pengurangan subsidi BBM, pendorongan restrukturisasi ekspor, peningkatan investasi infrastruktur dan industri manufaktur, serta peningkatan jaminan pendidikan dan pengobatan. Terlebih lagi, mutu dan efisiensi pembelanjaan publik meningkat drastis. Melihat ke masa depan, tahun ini merupakan tahun krusial bagi reformasi politik, ekonomi dan sosial di Indonesia. Mayoritas anggota Kabinet Indonesia berpendapat, motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus beralih dari konsumsi ke investasi.
CRI
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.