Monday, December 21, 2015

Budaya minum Teh bagi warga Xinjiang



Ketika menyebut teh, banyak yang mungkin berpikir akan pavilion yang berseni bina klasik di selatan Sungai Yangtze serta kebiasaan di bagian tengah China. Kita sulit mengaitkan budaya teh dengan Xinjiang, yang sering mengingatkan kita akan gambar buah-buahan dan daging kambing.

Namun, seiring dengan eksplorasi nilai budaya tradisional Xinjiang seperti nyanyian, tarian dan medis, masyarakat mulai menyadari bahwa budaya teh di wilayah ini juga memiliki fitur yang istimewa.

Xinjiang tidak menghasilkan teh. Sejak utusan Kaisar Wudi, Zhang Qian meenginjakan kaki ke wilayah barat pada zaman Dinasti Han, penduduk lokal mulai mengenali teh.

Selama masa puncak perdagangan di Jalan Sutra pada zaman Dinasti Tang dan Song, jumlah perdagangan teh di daerah tersebut terus meningkat. Tahun demi tahun, kebiasaan minum teh menjadi kelaziman dan bagian dari hidup penduduk Xinjiang.

Hotan dan Kashgar, dua daerah di selatan Xinjiang, terletak di Jalan Sutra kuno. Penduduk lokal yang dulu menganggap teh sebagai obat, bertahap menyadari bahwa minum teh sesuai dipraktekkan untuk kesehatan.

Ahli tersebut menginformasikan, pada mulanya penduduk Hotan menganggap daun teh sebagai obat. Mereka mencampurkan daun teh dengan tanaman lokal yang istimewa dan mineral untuk diproses menjadi obat yang memiliki berbagai fungsi diantaranya termasuk menyegarkan mental, membantu proses pencernaan dan memperlambat proses penuaan.

Oleh sebab ramuan yang berbeda-beda, teh herbal memiliki berbagai formulasi. Dengan semakin populernya kebiasaan minum teh, teh herbal kini dikenal sebagai minuman kesehatan.

Hotan terkenal sebagai salah satu dari empat daerah yang penduduknya berumur panjang di dunia. Menurut penelitian, kondisi ini terkait erat dengan kebiasaan meminum teh di situ. Kini, dengan kenaikan standar hidup, permintaan penduduk lokal terhadap teh meningkat.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.