Pada akhir Dinasti Ming (abad ke-17), kesenian wayang kulit yang berasal dari provinsi Shaanxi telah diperkenalkan di Kabupaten Otonom Datong yang berpenduduk etnis Hui dan etnis Tu, di timur Qinghai. pada lebih 360 tahun yang lalu hingga saat ini, wayang kulit ditambah elemen seni secara berturut-turut dari berbagai seni budaya tradisional, termasuk bordir, guntingan kertas, lukisan cat minyak dan lukisan keagamaan sehingga terbentuk karakteristik yang khas, baik pada aspek desain maupun dekorasi.
Menurut cerita yang tercatat dalam buku sejarah China, sekitar 2.000 tahun yang lalu, Nyonya Li, selir yang paling dicintai oleh Kaisar Wu dari Dinasti Han meninggal dunia karena penyakit. Kaisar Wu merasa sangat sedih hingga tidak ingin mengelola administrasi lagi. Seorang pejabat senior, Li Shaoweng merasa khawatir terhadap kondisi tersebut. Pada suatu hari, ketika berjalan, ia melihat beberapa anak sedang bermain boneka. Bayangan boneka di bumi tampaknya seperti orang yang benar. Li Shaowen segera mengarah tukang lukis menghasilkan gambar mendiang Nyonya Li, lalu membuat patung yang terbuat dari kain menurut gambar itu, dan kemudian mengubah kaki dan tangan patung itu dengan beberapa batang kayu yang terikat. Setelah itu, beliau mempersilahkan beliau duduk di belakang tirai sutra. Setelah lilin menyala, bayangan "Nyonya Li" mulai bergerak pada tirai tersebut, seperti orang yang benar. Ini sangat menggembirakan maharajan Wu. Hal ini dianggap merupakan catatan pertama tentang wayang kulit di China.
Patung wayang kulit Datong terbuat dari kulit sapi yang harus dibersihkan dan dikeringkan sampai terlihat transparan. Membuat sketsa pada permukaan kulit sapi merupakan proses pertama, lalu proses kedua dan ketiga, yaitu mengukir dan menwarnakannya.
Seniman wayang kulit sangat mementingkan efek pertunjukan, yang tidak terlepas dari berbagai bagian patung-patung bisa bergerak dan keistimewaannya yang dapat memperlihatkan sepenuhnya gaya kesenian yang unik serta kebiasaan masyarakat lokal dengan irama musik dan nyanyian yang lantang.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.