Pada zaman Chunqiu, yaitu antara tahun 770 sampai tahun 476 Sebelum Masehi, ada seorang raja di negeri Jin yang bernama Jinlinggong. Beliau tidak hanya selalu bersikap acuh tak acuh terhadap urusan negara, bahkan menggunakan cara apapun untuk mendapatkan kesenangan bagi dirinya sendiri. Pada suatu hari, raja Jinlinggong terfikir akan membangun sebuah rostrum bertingkat sembilan supaya beliau dapat melihat seluruh negerinya dari rostrum itu. Baginda mengeluarkan perintah sambil berkata:
"Siapa saja yang menghalangi proyek beta ini, akan dibunuh."
Dengan demikian, banyak rakyat jelata, baik pria maupun wanita, yang dikerahkan untuk membangun rostrum yang dicita-citakan oleh raja Jinlinggong itu. Namun, tidak ada seorang pun yang berani tampil untuk memberikan nasihat kepada raja tersebut.
Melihat begitu banyak energi dan uang dihabiskan untuk proyek itu, seorang pejabat yang bernama Xunxi bergegas ke istana untuk menghadap raja Jinlinggong. Raja Jinlinggong memerintahkan tentaranya supaya siap dengan panah terlebih dahulu, dan membidik panah masing-masing ke arah Xunxi. Setelah Xunxi membuka mulut untuk menyarankan beliau, tentara tersebut diperintahkan segera melepaskan panah mereka.
Xunxi yang berada dalam kondisi yang begitu cemas itu, berkata dengan suara yg tenang:
"Hamba datang untuk menghadap tuanku, bukanlah untuk memberikan apa-apa nasihat kepada tuanku. Hamba hanya ingin mempersembahkan pertunjukan yang hebat untuk tuanku. Hamba dapat menimbun 12 biji catur, lalu menumpuk lagi 9 biji telur ke atas catur tersebut, tetapi timbunan itu tidak akan runtuh. "
Melihat itu raja tampaknya tertarik pada pertunjukan yang disebutnya tadi, Xunxi pun mulai menimbun 12 biji catur, lalu menumpuk telur sebiji demi sebiji ke atas tumpukan catur tersebut. Melihat tumpukan telur itu hampir runtuh, raja Jinlinggong berteriak dengan kuat:
"Berbahaya! Berbahaya!"
Xunxi menghentikan pertunjukannya, sambil berkata:
"Jangan khawatir, tuanku! Banyak lagi hal yang lebih cemas dan berbahaya dari tumpukan telur ini."
Raja Jinlinggong bertanya:
"Hal apa yang lebih cemas lagi?"
Xunxi menjawab dengan serius:
"Tuanku mungkin tidak menyadari bahwa negeri kita sudah berada di ambang kehancuran. Begitu banyak tenaga kerja telah dikerah kan untuk membangun rostrum itu berdasarkan perintah tuanku. Tanah menjadi tandus dan gersang. Duit habis begitu saja. Negeri-negeri tetangga sudah bersiap-siap untuk meluncurkan serangan terhadap kita . Jika mereka bertindak, bukankah negara kita akan menghadapi situasi yang lebih cemas dan berbahaya? "
Mendengar kata-kata Xunxi itu, raja Jinlinggong insaf dengan kesalahan yang dilakukannya. Maka, beliau segera mengeluarkan perintah untuk membatalkan proyek pembangunan rostrum yang tinggi itu.
Keterangan:
Peribahasa "Wei Ru Lei Luan" atau "Cemas dan Berbahaya Seperti Tumpukan Telur" ini, digunakan untuk menggambarkan situasi yang sangat cemas dan genting, seperti tumpukan telur yang akan runtuh dan pecah kapan saja. Ini berarti yang hampir sama dengan maksud peribahasa "seperti telur di ujung tanduk".
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.