Thursday, September 5, 2013

Yogyakarta berusaha tarik wisatawan asal China


Pengunjung China-ASEAN Expo (CAEXPO) mendapat kesempatan untuk mengenal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lebih jauh, termasuk keindahan dan kekayaan budayanya. Itu karena Yogyakarta telah terpilih sebagai salah satu Kota Pesona atau City of Charm dalam CAEXPO yang tengah digelar di Kota Nanning, Provinsi Guangxi, China. Pengunjung dapat melihat replika bangunan rumah Joglo, produk-produk khas Yogyakarta dan menikmati fashion show, tarian dan nyanyian khas daerah istimewa itu.

Ketua Asosiasi Travel dan Biro Perjalanan DIY Edwin Ismedi Himna mengatakan even ini merupakan sebuah kesempatan bagi Yogyakarta untuk melakukan promosi, baik di sektor pariwisata maupun perdagangan.

"Yogyakarta sebagai kota pariwisata yang berbasis budaya dan heritage, inilah yang menjadi nilai jual kita. Di sini kami lihat juga ada beberapa dari negara-negara ASEAN dan ini memang kesempatan yang sangat bagus sekali," ujar Edwin.

CAEXPO adalah even tahunan di mana para pengusaha dari China dan 10 negara ASEAN berkumpul dan memamperkan produk mereka. Setiap tahun, masing-masing negara berkesempatan untuk menampilkan salah satu wilayah di negaranya untuk menempati paviliun kehormatan.

Tahun ini Yogyakarta lah yang terpilih dan dengan begitu, pemerintah DYI berharap dapat meningkatkan daya saing Yogyakarta sebagai kota wisata yang digemari wisatawan mancanegara (wisman).

Industri pariwisata Yogyakarta dinilai memiliki prospek yang cerah tetapi masih belum digarap dan dipromosikan secara optimal. Edwin mengatakan saat ini jumlah wisatawan asing ke Yogyakarta hanya 180 ribuan per tahun. Padahal sebelum krisis moneter tahun 1998, Yogyakarta dikunjungi setidaknya 350 ribu wisman per tahun. Edwin mengatakan saat itu, China dan Thailand adalah salah satu sumber wisatawan terbesar.

"Kalau (daya tarik) menurun sebenarnya tidak. Hanya karena hampir semua provinsi di Indonesia berkompetisi dalam menjual sumber daya alamnya. Kalau Yoygakarta tidak kontinu dan tidak intens melakukan (promosi), kami akan tertinggal dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia," tambahnya.

Selain Borobudur, kota gudeg juga memiliki beberapa obyek wisata yang terkenal lainnya seperti Pantai Parantritis, Candi Prambanan, dan Kraton Yogyakarta. Ada juga beberapa obyek wisata yang belum begitu dikenal seperti beberapa hamparan pantai di wilayah Gunung Kidul dan desa wisata di wilayah Bantul dan Sleman. Berbagai destinasi itu lah yang ditawarkan Edwin kepada calon wisatawan China.

"China merupakan target kami," tutur Edwin. "Kami tahu besarnya jumlah masyarakat China yang bepergian, tapi baru sampai ke Bali. Nah, ini tantangan kami untuk menarik mereka kembali ke Yogyakarta."

Ia Juga menambahkan bahwa mayoritas wisman yang datang ke Yogyakarta saat ini berasal dari Eropa dan Jepang.

Walaupun jumlah wisman tidak sebanyak 15 tahun yang lalu, Edwin tetap menyatakan optimis karena semakin banyak investor yang mendirikan hotel-hotel berbintang di Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam dua tahun ke depan, jumlah kamar hotel diperkirakan akan bertambah dari 20,000 menjadi sekitar 30,000 kamar. Pembangunan bandara baru di Kabupaten Kulonprogo juga tengah dirampungkan dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2017.

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.