Friday, August 9, 2013

China bangun pelabuhan peti kemas di Srilangka


Terminal pelabuhan peti kemas yang dibangun oleh sebuah perusahaan China dibuka di Kolombo pada Senin lalu, para analis memprediksi fasilitas akan membantu Colombo menjadi pusat pengiriman peti kemas utama global dan memungkinkan Kapal-kapal China untuk memperluas rute pelayaran maritim.

Colombo International Container Terminal (CICT) dibangun oleh China Merchants Holdings (International) dengan bantuan pinjaman $ 350.000.000 dari Bank Pembangunan China.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa menyatakan pada saat meresmikan pelabuhan :

Terminal pelabuhan peti kemas akan dijalankan oleh Perusahaan China Merchants Holdings (International) dengan sistem build-operate transfer selama 35 tahun.

Proyek ini merupakan hasil kerjasama yang baik antara China dan Sri Lanka, Priyath Wickrama, ketua Sri Lanka Ports Authority (SLPA), mengatakan melalui telepon, bahwa terminal baru akan membuat Kolombo lebih dari daerah hub pengiriman. "Saat ini kami bahkan dapat berbicara tentang bersaing dengan hub dunia lainnya pada tingkat global," katanya.

Port Colombo terletak di tengah jalan pada rute pengiriman utama yang menghubungkan timur dan barat, terminal baru akan memungkinkan Sri Lanka untuk memenuhi meningkatnya permintaan jasa pelayaran internasional di Samudera Hindia.

Agil Hewageegana, chief engineer di SLPA, mengatakan bahwa terminal baru, salah satu dari tiga yang direncanakan untuk Colombo Port, dirancang untuk menangani kapal besar dengan lebih dari 18.000 kontainer dan bisa menangani 2,4 juta kontainer per tahun.

Yang akan membuat Colombo menjadi satu-satunya pelabuhan dengan terminal air dalam untuk kapal kontainerbesar di Asia Selatan, menurut pejabat itu.

Wang Dehua, kepala Institut Selatan dan Tengah Studi Asia di Institut Shanghai untuk Studi Internasional, mengatakan bahwa proyek CICT menunjukkan bahwa China bersedia untuk berbagi manfaat pembangunan dengan negara-negara tetangga.

"Sri Lanka sekarang membutuhkan investasi asing untuk meningkatkan ekonomi setelah berakhirnya tiga dasawarsa perang saudara pada tahun 2009 dan kerjasama Beijing dengan Colombo menghasilkan peluang pembangunan yang lebih untuk Sri Lanka," kata Wang.

Namun kerjasama tersebut juga menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara seperti India, yang menduga investasi China di pelabuhan ini adalah untuk tujuan militer dan persaingan regional.

Wang menepis spekulasi seperti itu dan menyatakan kekhawatiran seperti itu bagian dari "mentalitas perang dingin."

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.