Festival tradisional Duanwu, yang di oleh kalangan masyarakat Tionghoa Indonesia disebut sebagai hari raya Peh Cun atau hari bacang, jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Nama lainnya adalah Duanwu (duan kelima), atau Duanyang. Festival ini juga dikenal sebagai Wurijie (Hari raya tanggal lima), Chongwujie (Hari raya "dobel" lima), Wuyuejie (hari raya bulan lima), Yulanjie, Nüerjie (Hari anak perempuan), Tianzhongjie, Dila, Tianzhongjie (Hari pujangga), Longri (Hari naga), dan lain-lain.
Banyak kisah tentang asal-muasal festival Duanwu ini. Berdasar catatan sejarah dan pembuktian arkeologis, asal hari raya Duanwu adalah hari raya bangsa Wuyue di China selatan pada zaman kuno untuk menyembahyangi totem mereka. Sejarah ini masih lebih awal daripada kisah tentang pujangga Qu Yuan yang dikenal kebanyakan orang. Tetapi walaupun telah berlalu ribuan tahun, kecintaan Qu Yuan terhadap negara sungguh mengetuk hati para pujangga dan merasuk di hati rakyat, sampai ada ungkapan, "sayangi dan ratapi Qu Yuan, resapi ajarannya, wariskan turun-temurun". Karena itu, anggapan bahwa hari Duanwu untuk memperingati Qu Yuan adalah yang paling populer dan besar pengaruhnya di kalangan masyarakat. Masyarakat China juga mempunyai tradisi di Hari Duanwu untuk menggelar lomba perahu naga dan makan bacang, yang semuanya juga dikaitkan dengan penghormatan terhadap Qu Yuan.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.