Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Perdana Menteri India, Manmohan Singh kemarin mengadakan pembicaraan di Jepang. Kedua pihak telah mencapai sejumlah kesepakatan dalam berbagai masalah, antara lain pemulihan perundingan persetujuan tenaga nuklir, bantuan Jepang bagi pembangunan infrastruktur India dan peningkatan kerja sama di bidang pertahanan. Namun media Jepang memaparkan, meskipun Jepang bermaksud meningkatkan hubungan dengan India demi mengendalikan China, namun sepertinya terdapat perselishan besar antara kedua pihak seputar masalah "pengendalian China".
Dalam pembicaraan kemarin , kedua pihak setuju untuk memulihkan perundingan persetujuan tenaga nuklir Jepang-India, yang sempat terputus karena insiden PLTN pulau Fukushima. Kedua pihak juga mengkonfirmasi, Jepang akan membantu India di bidang pembangunan infrastruktur, termasuk menanam modal dalam proyek kereta api cepat yang menghubungkan Mumbai dengan Ahmedabad. India akan menggunakan teknik Shinkansen Jepang dalam proyek terebut. Selain itu, Jepang akan memberikan pinjaman sebesar US$ 1 miliar kepada India dalam proyek pembangunan kereta api bawah tanah Mumbai serta renovasi Universitas Teknologi India.
Di bidang pertahanan, kedua pihak setuju mengadakan manuver bersama antara Pasukan Bela Diri Laut Jepang dan Angkatan Laut India.
Jepang dan India ingin melakukan kerja sama di bidang tenaga nuklir dan pembangunan ekonomi. Pertama, pertumbuhan India yang berkembang cukup pesat sudah mulai melamban saat ini, yang disebabkan gangguan infrastruktur yang sudah tidak memadai. Sejak berkuasa pada tahun lalu, Shinzo Abe juga bermaksud mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang melalui ekspor pembangunan infrastruktur. Hal itu mendatangkan peluang kerja sama bagi kedua negara di bidang tenaga nuklir untuk tujuan damai serta proyek pembangunan infrastruktur.
Sejak memangku jabatan, Shinzo Abe giat melaksanakan politik yang "mengendalikan China". Meskipun India ingin meningkatkan kerja sama dengan Jepang di bidang keamanan laut, namun India tidak mendukung Jepang dalam masalah "pengendalian China". Mainichi Shimbun Jepang dalam artikelnya mengatakan, meskipun pemerintah Jepang ingin meningkatkan hubungan dengan India dengan harapan mengendalikan China, tapi dalam hal itu, India cukup berhati-hati, sehingga tampaknya terdapat perselisihan antara Jepang dan India seputar masalah "pengendalian China".
Dalam pembicaraan kemarin , kedua pihak setuju untuk memulihkan perundingan persetujuan tenaga nuklir Jepang-India, yang sempat terputus karena insiden PLTN pulau Fukushima. Kedua pihak juga mengkonfirmasi, Jepang akan membantu India di bidang pembangunan infrastruktur, termasuk menanam modal dalam proyek kereta api cepat yang menghubungkan Mumbai dengan Ahmedabad. India akan menggunakan teknik Shinkansen Jepang dalam proyek terebut. Selain itu, Jepang akan memberikan pinjaman sebesar US$ 1 miliar kepada India dalam proyek pembangunan kereta api bawah tanah Mumbai serta renovasi Universitas Teknologi India.
Di bidang pertahanan, kedua pihak setuju mengadakan manuver bersama antara Pasukan Bela Diri Laut Jepang dan Angkatan Laut India.
Jepang dan India ingin melakukan kerja sama di bidang tenaga nuklir dan pembangunan ekonomi. Pertama, pertumbuhan India yang berkembang cukup pesat sudah mulai melamban saat ini, yang disebabkan gangguan infrastruktur yang sudah tidak memadai. Sejak berkuasa pada tahun lalu, Shinzo Abe juga bermaksud mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang melalui ekspor pembangunan infrastruktur. Hal itu mendatangkan peluang kerja sama bagi kedua negara di bidang tenaga nuklir untuk tujuan damai serta proyek pembangunan infrastruktur.
Sejak memangku jabatan, Shinzo Abe giat melaksanakan politik yang "mengendalikan China". Meskipun India ingin meningkatkan kerja sama dengan Jepang di bidang keamanan laut, namun India tidak mendukung Jepang dalam masalah "pengendalian China". Mainichi Shimbun Jepang dalam artikelnya mengatakan, meskipun pemerintah Jepang ingin meningkatkan hubungan dengan India dengan harapan mengendalikan China, tapi dalam hal itu, India cukup berhati-hati, sehingga tampaknya terdapat perselisihan antara Jepang dan India seputar masalah "pengendalian China".