Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengadakan kunjungan ke Indonesia pada tanggal 18 Januari 2013, sekaligus merupakan negara terakhir yang dikunjungi Abe dalam lawatannya ke Asia Tenggara kali ini. Dalam jumpa pers yang dihadiri pula oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Abe memaparkan hasil kunjungannya ke tiga negara Asia Tenggara yakni Vietnam, Thailand dan Indonesia. Ia menguraikan strategi diplomasi Asia - Jepang yang disebut sebagai Abeisme.
Dalam jumpa pers tersebut, Abe menjabarkan lima prinsip diplomasi Asia. Pertama, Jepang mengajak negara-negara anggota ASEAN meningkatkan nilai-nilai universal seperti demokrasi dan HAM. Kedua, Jepang ingin meningkatkan kerja sama dalam menjamin kebijakan maritim dan kebebasan penerbangan. Ketiga, menjaga kemitraan ekonomi dengan meningkatkan kerja sama di bidang investasi dan revitalisasi perekonomian. Keempat, bekerja sama mengembangkan kebudayaan Asia Tenggara yang beraneka ragam. Kelima, mengaktifkan kembali pertukaran antar generasi muda Jepang dan Indonesia.
Namun pernyataan Abe ini tidak mendapat perhatian besar dari masyarakat Indonesia. Pemberitaan media mengenai lima prinsip ini juga tidak signifikan. Pejabat urusan Asia Timur Kementerian Luar Negeri Thailand Damrong Kraikuan mengatakan bahwa masalah Laut china Selatan tidak akan menjadi focus kunjungan Shinzo Abe ke Thailand. Negara-negara ASEAN lebih berharap melihat pertumbuhan ekonomi daripada semakin keruhnya situasi.
Setelah menjabat, Shinzo Abe menunjukkan sikap keras, dan berusaha menjaring dukungan dari negara-negara ASEAN, India dan Korea Selatan. Dalam lawatan ke tiga negara Asia Tenggara ini, Abe menyerukan dasar "nilai pandang dan kepentingan yang sama" untuk meyakinkan negara-negara Asia Tenggara agar bergabung mengeroyok china. Namun, bagaimana tanggapan dari negara-negara Asia Tenggara sendiri?
Pertama, negara-negara ASEAN selalu mengedepankan jalan damai dan pragmatis di bidang kebijakan luar negeri, tidak akan berinisiatif untuk turut campur dalam mempersulit posisi China, karena hal ini tidak sesuai dengan kepentingan pokok di bidang pembangunan ekonomi dan sosial.
Kedua, sebagai korban dalam Perang Dunia II, negara-negara ASEAN menjadi lebih waspada terhadap kekuatan sayap kanan Jepang. Duta Besar Vietnam untuk China pernah menyatakan bahwa Vietnam tidak akan melupakan sejarah sebelum dan sesudah Perang Dunia II dengan Jepang.
Ketiga, dilihat dari segi ekonomi, meski Jepang tetap mempunyai proporsi yang relatif besar, namun ekonomi Jepang tengah melesu, sebaliknya China telah menjadi mitra perdagangan terbesar bagi ASEAN sejak tahun 2011.
Keempat, meski Filipina dan Vietnam sedang menghadapi persengketaan dengan China mengenai wilayah kelautan, namun secara keseluruhan, ASEAN tidak mungkin mendukung Jepang mempersulit posisi China.
Seperti dikatakan opini publik Indonesia , Shinzo Abe seharusnya lebih berhati-hati dalam membuat pernyataan, sebab semua negara-negara ASEAN tidak bermaksud mengucilkan China.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.