Peribahasa "Le Bu Si Shu" ini berasal dari satu cerita yang terjadi pada zaman kerajaan Tiga Negeri (tahun 220-280 Masehi). Menurut ceritanya, setelah raja negeri Shu, yaitu Liu Bei mangkat, tahta beliau telah diwarisi oleh putranya, Liu Shan. Liu Shan adalah seorang pengecut yang hanya tahu mencari kesenangan saja, dan tidak efisien mengelola negeri. Pada awalnya, dengan adanya bantuan dari beberapa orang pegawai yang cerdas yang sebelumnya merupakan penasehat Liu Bei, negara Shu masih bisa bertahan. Namun, tidak lama setelah itu, dengan kepergian mereka seorang demi seorang, negara Shu semakin hari semakin lemah sampai akhirnya ia ditumbangkan oleh negara Wei setelah Liu Shan menyerah diri secara sukarela.
Setelah itu, Liu Shan telah diatur untuk tinggal di ibu kota negeri Wei, dan diberi gelar Anlegong (Tuan Aman dan Gembira). Pada suatu hari, dia diundang ke acara jamuan di rumah Sima Zhao, seorang hulubalang yang hebat di negeri Wei. Ketika acara jamuan itu diadakan, Sima Zhao mengatakan kepada Liu Shan dengan nada menghina,
"Tuan sudah meninggalkan negeri Shu begitu lama. Hari ini, saya telah mengatur pertunjukan tarian dan nyanyian tradisional negeri Shu khusus untuk tuan. Moga-moga ia dapat membantu mengobati kerinduan tuan."
Presentasi yang diatur oleh hulubalang Sima Zhao itu, benar-benar membuat pejabat bawahan Liu Shan sangat sedih karena terlalu rindu akan kampung halaman mereka. Namun, Liu Shan masih terus minum arak sambil mengobrol dengan orang lain dengan gembira. Air mukanya tidak menampakkan sedikit pun perasaan sedih dan rindu. Hulubalang Sima Zhao bertanya dengan heran.
"Masihkah tuan ingin pulang ke kampung halaman di negeri Shu?"
Liu Shan menjawab, sambil tertawa besar,
"Di sini ada tarian dan nyanyian yang begitu menarik. Ada juga anggur yang begitu sedap. Tentu saya tidak lagi ingin pulang ke negeri Shu."
Maka, setelah jamuan tersebut, hulubalang Sima Zhao serta pejabat lainnya di negeri Wei semakin memandang rendah kepada Liu Shan.
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Le Bu Si Shu" atau "Terlalu Senang Hingga Lupa Akan Negeri Shu" ini, digunakan untuk mengingatkan orang atau golongan yang hanya tahu mencari kesenangan saja sampai lupa akan rumah tangga dan kewajibannya. Ia memberikan pelajaran bahwa dalam keadaan apapun, kita bukan saja tidak patut berhenti dari mengejar cita-cita, sebaliknya harus lebih tegas dengan diri sendiri, beraspirasi tinggi, dan berjuang dengan sepenuh tenaga untuk mencapai segala apa yang diaspirasikan.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.