Kain belacu biru nila pernah sangat populer di daerah selatan Sungai Yangtze China. Kain itu dibuat dari katun buatan tangan di desa. Pewarna tradisional digunakan untuk menyemir kain menjadi putih dan biru. Warna kain itu terang, tidak mempengaruhi kulit dan permanen. Kain belacu biru nila banyak digunakan pada masa dahulu dan dijadikan sprei, pakaian, kelambu, kain pembalut, kain gantungan pintu dan lain-lain.
Pada waktu ini, kain belacu biru nila juga digemari oleh kaum muda dan warga asing. Mereka suka membuat pakaian dan menghias rumah menggunakan kain itu.
Banyak etnis Miao tinggal di Provinsi Guizhou, di barat daya China. Mereka memiliki berbagai jenis pakaian yang memepunyai potongan dan gaya yang lain.
Pakaian mereka terdiri dari dua jenis, yaitu pakaian biasa dan pakaian formal. Baik pakaian atau perhiasan kepala dibuat dengan teknik yang rumit dan teliti. Motif sulaman etnis Miao berbagai termasuk gambar naga, burung, ikan, bunga, kupu-kupu dan gambar yang membayangkan sejarah etnis itu.
Putih adalah warna dasar sulaman dalam gambar ini dan disulam dengan gambar naga sebagai isi utama dan kupu-kupu dan naga kecil.
Sulaman etnis Miao yang bercorak manusia menunggang naga menggambarkan semangat berani dan pembawaan etnis itu. Gambar menunggang naga, membela naga dalam kesenian etnis Miao memperlihatkan filsafat orang Miao yang menghormati naga tetapi tidak takut akan naga.
Etnis Yao tinggal di selatan China. Pakaian etnis itu terdiri dari berbagai jenis warna enam puluh sampai tujuh puluh jenis yang berbeda-beda tergantung pada tempat yang berbeda. Pakaian wanita yang tinggal di Panyao, Daerah Otonom Zhuang Guangxi China lain dari pakaian etnis minoritas yang lain. Hanya satu potongan.