Monday, February 8, 2010

China Inspiration

Busana cheong sam tidak selalu identik dengan warna merah.

Jelang tahun baru Imlek 2561 pada 14 Februari nanti, pusat perbelanjaan sudah disemarakkan pernak-pernik nuansa China. Berbagai acara yang digelar dalam rangka Imlek juga mencantumkan China look sebagai dress code.

Cheongsam, kebaya encim, serta warna merah dan emas adalah terjemahan orang-orang Indonesia terhadap budaya China, khususnya di bidang mode. ”Itu memang warna tradisional China,” kata perancang Robby Tumewu.

Robby bercerita tentang pengalaman saat harus menjadi pembawa acara di acara resmi yang diselenggarakan orang Tionghoa. ”Untuk acara-acara resmi, sisi tradisionalnya masih sangat kental, seperti dalam hal warna yang harus ada unsur merah, karena merah adalah warna keberuntungan,” katanya.

Ini berbeda dengan budaya kontemporer China yang sudah memakai warna lain selain merah. ”Saya pernah menerima undangan pernikahan orang China di Shanghai. Warnanya hitam dan perak. Kalau orang Indonesia menerima undangan pernikahan dengan warna seperti itu, mungkin akan dianggap ada kematian,” cerita perancang Harry Darsono.

Menerjemahkan nuansa China dalam budaya kontemporer tidak hanya dengan mengubah warna, tetapi bisa juga dengan mengubah model, motif, dan bahan. Koleksi terbaru Sebastian Gunawan untuk edisi Imlek tahun ini, misalnya, membuat cheongsam tak hanya terlihat sebagai rok terusan pendek dengan kerah berdiri (kerah mandarin) yang pas di badan.

Dalam salah satu rancangan, Sebastian membuat gaun panjang berwarna hitam dengan corak bunga yang besar. Baju ini dibuat dari bahan pashmina.

Ada pula cheongsam dari brokat putih dan tenun Bali. ”Jadi, tidak semua baju yang terpengaruh budaya China harus berwarna merah dengan corak bunga atau kupu-kupu dan terbuat dari sutra. Kekayaan budaya negara Indonesia bisa membuat cheongsam lebih menarik yang tidak akan ada di negara asalnya,” kata Sebastian.

Harry juga menerjemahkan baju khas China tidak melulu dengan kerah berdiri. ”Kerahnya bisa dibentuk macam-macam. Saya juga bisa membuat baju nuansa China dengan bentuk lengan yang berbeda di satu baju. Tidak ada patokan kalau ingin menggabungkan nuansa China dengan budaya lain harus seperti apa,” kata Harry.

Bagi perancang yang memiliki spesialisasi haute couture ini, satu hal yang penting dari budaya China adalah kehalusan hasil kerja, seperti dalam jahitan atau sulaman.

Kuasai dunia
Masuknya budaya China ke Indonesia dipengaruhi oleh datangnya panglima Cheng Ho ke beberapa wilayah pesisir Indonesia pada abad ke-15. Cheng Ho bersama sekitar 27.000 orangnya tak hanya membawa perbekalan untuk makan, minum, serta peralatan untuk menyerang dan mempertahankan diri. Dia juga membawa berbagai barang untuk ditukar di tempat yang disinggahinya, seperti sutra.

Secara perlahan, budaya China berasimilasi dengan budaya Indonesia, salah satunya yang terkenal pada batik Lasem. Tak hanya di dunia mode panggung, budaya China juga melekat dalam kehidupan sehari-hari. ”Lihat saja bagaimana orang Betawi memakai celana pangsi dan kaus putih. Lalu, panggilan engkong, encang, dan encing. Itu, kan, dari budaya China,” kata Robby.

China juga giat mempromosikan budaya mereka, termasuk dalam acara kenegaraan. Saat menjadi tuan rumah pertemuan APEC 2001 di Shanghai, misalnya, para pemimpin dunia yang hadir memakai tangzhuang, yaitu jaket khas China dari bahan sutra, dalam salah satu sesi acara.

Tahun ini, dengan dibukanya perdagangan bebas ASEAN-China, Indonesia harus bersiap dengan semakin membanjirnya produk China yang harganya murah. Bagi beberapa perancang, hal ini dinilai sebagai tantangan agar produk Indonesia bisa bersaing dengan produk-produk China.

Sebastian, Harry, dan Robby sama-sama menekankan pada pentingnya mengangkat budaya Indonesia untuk dipopulerkan di masyarakat umum. ”Makin bebasnya produk China masuk ke Indonesia menjadi tantangan bagi desainer untuk lebih mempromosikan budaya Indonesia, tentu dengan produk yang berkualitas. Kalau masalah produk China lebih murah, seleksi alam yang akan menentukan,” kata Sebastian.

Related Posts:

  • 5 tempat wisata romantis di China Lijiang Tanggal 20 Agustus lalu, bersamaan dengan penanggalan 7 bulan ketujuh dalam kalender China, merupakan satu perayaan tradisional China. Perayaan yang diwarnai dengan suasana yang romantis dan penuh cinta ini juga di… Read More
  • Alat Musik kuno Huayin Instrumen musik yang digunakan untuk memainkan Huayin Shadow di provinsi Shaanxi pada zaman jalur sutra kuno. Sebuah rombongan kesenian rakyat Wayang Huayin melakukan pertunjukan di depan sebuah istana kuno. Wayang ku… Read More
  • Budaya Fengshui di kota Hongkong Feng shui yang berarti "angin dan air" adalah praktek China kuno untuk menempatkan objek dan bangunan agar selaras dengan alam, untuk membawa nasib yang baik. Sering disebut sebagai "geomansi", Feng Shui berasal dari ras… Read More
  • Tradisi garis ibu Suku Mosuo di China Di perbatasan provinsi Yunnan dengan provinsi Sichuan, barat daya China, terdapat sebuah danau indah yang sekitarnya dihuni suku Mosuo, satu-satunya kelompok masyarakat di China yang masih mengamalkan tradisi pewarisan k… Read More
  • Budaya minum Teh etnis TibetBudaya minum teh ala Tibet memiliki sejarah yang lama setidaknya seribu tahun. Dalam bahasa Tibet, teh disebut sebagai "jia". Teh memiliki fungsi khusus seperti membantu pencernaan, menghentikan rasa haus dan revitalisasi ene… Read More

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.