Bendera yang terbuat dari kain, sutra atau kertas dengan buatan tangan berisi kitab Buddha diyakini sebagai penghubung antara manusia dan Tuhan sang pencipta dalam budaya Tibet. Menurut adat Tibet, sutra dicat dalam lima warna dengan urutan biru, putih, merah, hijau dan kuning, yang melambangkan langit biru, awan putih, api merah, air hijau dan bumi kuning sesuai dengan lima unsur air, logam, api, kayu dan bumi di alam semesta.
Sutra streamer menjadi populer di abad ke-12 ketika biara-biara Kagyu dari Sekte Buddhisme Tibet menggantung pita sutra untuk menyebarkan keyakinan nya.
Sutra streamer juga disebut "wind horse flag". Hal ini diyakini bahwa dewa penjaga gunung dan sungai melakukan inspeksi dengan kuda dan angin di pegunungan bersalju, hutan, padang rumput dan lembah untuk menangkal kejahatan dan menjamin perdamaian di dataran tinggi.
Sutra streamer ini biasanya diikat di bagian atas rumah orang Tibet, atau di kuil, tenda dan pilar. Ini adalah simbol dari lingkungan alam dan budaya daerah yang dihuni etnis Tibet.
Ketika gembala nomaden berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari air dan rumput, mereka akan menggantung pita sutra yang pertama setelah itu memasang tenda mereka untuk berdoa meminta berkat dari dewa sekitarnya. Peziarah biasanya membawa pita sutra selama perjalanan mereka di gunung dan sungai untuk berdoa untuk memohon perlindungan. Orang yang tinggal di bantaran sungai, di hutan atau lembah menggantung sutra pita di tempat tinggi untuk menunjukkan rasa hormat yang taat kepada dewa gunung dan air. pita sutra di biara-biara Tibet melambangkan biarawan bersyukur terhadap Buddha dan orang-orang kudus. Bahkan yak memakai pita sutra pada tanduk mereka untuk rasa hormat kepada pemiliknya 'terhadap Bumi dan berdoa untuk panen yang baik.









0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.